Kumpulan Puisi dan cerpen

" Kugulung Rinduku di pantai dok dua " (Jiki Ramdani)

puisi februari 2010

tidak seperti dulu lagi, dulu berwarna merah sekarang berwarna pink, mungkin karena warna merah sudah bertemu dgn warna putih jadi berubah menjadi warna pink, tidak mengapa walau begitu, asalkan aku masih tetap bisa melihat sisa warna merah didalam warna pink, aku senang, [ warna mu : by jiki ramdani 14/01/2010]

jika Hujan memenuhi samudra kabut, terpaksa aku harus berlabuh di ujung pasir dan ketika perahu tenggelam mungkin itulah akhir batas kesanggupan fikiranku untuk mengumpulkan jutaan kenangan yang berkilau di setiap sisa air hujan yang mengembun dipagi yg berkabut ( jiki.ramdani/16/01/2010/ "kabut dibatas kesanggupan fikiranku")

tentang aku dan keakuanku yg mati karena dipaku oleh kelakuanku yang tak berlaku, tentang aku dan keakuanku yang binasa karena dipagut oleh alasan. tentang aku dan keakuanku yang dilupakan dan ditinggalkan karena waktu. tentang aku dan keakuanku yang mengeluh tapi tak berpeluh. "tentang aku dan keakuanku" (jiki.ramdani)

tentang aku yang mengeluh tapi tidak berpeluh namun luluh dan lusuh. siapa yang mau perduli tentang aku, keakuanku dan kelakuanku. aku memang mengeluh tapi mencoba agar tidak berpeluh namun aku tampak lusuh dan luluh meski tanpa peluh. aku bersyukur tanpa harus mengukur. dan aku harus mengukur agar aku bersyukur. "mengeluh tanpa peluh"

aku diberi tanda petik diawal percakapan mereka. aku diberi tanda kurung dan tutup diantara ribuan kalimat yg membentuk deretan paragraf didalam buku setebal lima ratus halaman. aku digaris bawahi ketika aku dicatat didalam memori mereka. dan aku dicoret, dihapus dan diganti dengan kata bukan aku tapi kamu.

aku bukan pejuang tapi aku berjuang demi bangsaku. aku bukan pahlawan tapi aku melawan demi bangsaku. aku bukan pejuang dan juga bukan pahlawan tetapi aku berjuang dan melawan demi bangsaku, karena dipunggungku ada sepasang sayap burung garuda..( jiki.ramdani)

suasana ini masih sama seperti 4, 5, 6, 7 atau 8 tahun yang lalu. Pagi ini, Siang ini, sore ini dan malam ini masih sama seperti 4, 5, 6, 7 atau 8 tahun yang lalu. aku yakin tahun-tahun berikutnya adalah tahun-tahun yang paling cemerlang dalam hidupku. dan untuk mewujudkannya dengan cara bersemangat, tersenyum, berusaha dan berdoa..

samdura langit dikota bogor, sore ini tampak begitu cantik. cahaya lembayung beradu warna dengan kabut muram di sisi kanan. warna keemasan lembayung senja memudarkan kecemasan hati masyarakat kota bogor yang risau akan hujan. semburan lembayung senja laksana kereta kencana. bangunan tua tampak berkilauan. bogor adalah kota kenangan, kota yg cantik (by:jikiramdani)

Pagi ini di kota Bogor, hujan turun membasahi gedung2 tua, suasana dingin diantara pandangan setengah berkabut mengecilkan semangatku untuk bangkit dari lamunanku. hangatnya air teh, lezatnya pisang goreng membuat hati setengah merajuk kepada bantal. inilah suasana lain yg ada di kota Bogor yang cantik, namun banyak or...ang yang tak menyadari bahwa Bogor kota yg manis (jiki.ramdani)

Suasana malam ini sama seperti suasana malam 5 tahun yang lalu. hanya ditemani kesanggupan yang berbatas pada keluhan. lumrah jika manusia mengeluh, aku yakin semua ada masanya. kelahiran, kehidupan, kematian, kejayaan, kehancuran, kebahagiaan dan kesedihan merupakan hal yg pasti. jadi bersabarlah wahai hati..(jiki)

aku mengalah biar tak kalah. dan aku ingin menang biar senang. aku tetap bangkit biar tak sakit. aku sedih juga pedih. bila aku menangis aku tak manis. bila aku sedih aku jadi perih. bila aku menangis aku tak manis. dan aku ingin menang biar aku senang. bimbang jadi gamang..wajah kusam jadi masam. walau sakit aku tetap bangkit.. kata ayah kalau aku menangis nanti wajahku tak manis..{by:jiki.ramdani}

fikiranku tersesat diantara jalinan kusut urat syaraf otakku. dunia seperti berada dalam kotak pandora. mungkin sudah terlalu jauh aku melangkah. tapi apakah pantas jika aku menegaskan kata dalam kalimat dengan ukuran terlalu dan sangat. ini bukan keluhan juga bukan penyesalan tetapi cuma pengulangan dan penegasan dari phrase atau idiom agar aku faham apa arti hidup yg sebenarnya (jiki.ramdani)

"ini bukan keluhan atau penyesalan tetapi pengulangan dari penegasan" (jiki)

Aku lelah berkalung duka dipagi buta, mungkin ini adalah akhir dari batas kesanggupanku di antara perbatasan mimpi dan angan-angan ku yang menjuntai hingga kebatas kaki langit, aku lelah berkalung ambisi yang tanpa terbalas. dan bila tinta takdirku telah tergores dalam buaian sendu sang senja, harus kemana aku berayun? (by:jikiramdani)

Namun aku selalu bertanya dalam setiap ukiran tinta takdir jiwaku dalam lembaran kehidupan, aku lelah berkalung tawa tanpa senyum, kapan aku akan memiliki sayap untuk terbang melintasi ruang waktu yang amat kejam, aku lelah berkalung setia tanpa balas dalam kehidupan yang begitu cepat berjalan meninggalkan aku dan keakuanku. telah aku tafsirkan kuasakan tanpa batasan redup dan buram (jiki ramdani)

Mutiara di Pantai Meulaboh 1-3

Oleh : Jiki Ramdani
1
Meskipun tsunami telah berlalu namun bagi cut muetia, gadis cilik yang baru saja menginjak usia enam tahun, sulit sekali untuk bisa melupakan tentang peristiwa tragis itu, begitu dahsyat, sebuah cerita nyata yang begitu memilukan yang berakhir dengan kehancuran, sampai kapanpun ia tak bisa melupakan tragedy itu, setiap saat ia memandang lautan dan mendengar deru ombak yang menggulung-gulung itu, ia jadi sedih, terkadang timbul rasa takut dan keberanianya lenyap. Tapi dia anak yang istimewa, ia masih menyempatkan diri bermain ditengah kota yang hancur kacau balau, bermain dengan riangnya, dengan kehampaan dan kekosongan. Dibibirnya yang mungil merekah dan merona, sebuah warna yang pekat mengoles disudut bibirnya, ia bergumam sembari melantunkan lagu Bungong Jeumpa, suaranya begitu nyaring dan halus, burung-burung yang melayang diangkasa segera mengikuti irama lagu itu.
Tiba-tiba meutia terhenti, mulunya merapat dan ia segera menolehkan kepalanya, dua buah bola matanya yang berbinar memancarkan kebekuan yang mendalam.
Kedatangan nenek tua itu sempat membuat meutia terkejut, nenek tua itu mengembangkan seulas senyuman yang ramah, meutia menyambutnya dengan gelak.
“kau sedang apa anak kecil yang manis?” nenek tua itu meraih tangan meutia yang mungil. Disikut kanannya terbentang sebuah garis luka yang telah mengering, kelihatannya cukup parah, nenek tua itu hanya bisa menatapnya dengan kesedihan, meutia menarik tangannya, ia mengelus sikutnya disertai desah tangis, ia merasakan perih, tapi nenek tua itu hanya tercengang menatap pemandangan ini “ tanganmu kenapa? Apa masih terasa sakit?”
Meutia menggelenggelengkan kepalanya, air matanya berurai membanjiri kedua pipinya, ia menggigit bibir, katanya “sakit sekali…tia sakit nek…tia rindu bapak dan ibu…tia rindu mereka” meutia tak kuasa melanjutkan kalimatnya, kepedihan, kekosongan, kesedihan serta kehampaan kenapa harus terjadi pada gadis sekecil meutia, dengan naluri keibuannya nenek tua itu membiarkan kepala meutia bersandar didalam pelukannya, meutia terus saja menangis, mungkinkah ini sisa airmata kepedihan itu, dilihatnya wajah meutia, wajahnya mengkerut, nenek tua itu memahami arti yang tersirat didalam raut wajah meutia.
Nenek itu bagaimana bisa melontarkan bertumpuk pertanyaan kepada gadis mungil yang berada dalam pelukannya, kondisi seperti inilah yang telah membelenggu mulut dan alisnya, rasanya lidah dan gigi ini sangat sulit digerakkan. Nenek tua itu menerawang jauh ke awing-awang, jauh menembus kabut putih yang menggumpal dan lebih jauh dari lapisan langit, yang terpampang didepan kedua matanya adalah sehamparan ketidakberdayaan, keinginan dan harapan yang terus saja meluap-luap. Hari masih panjang, masih banyak kesempatan untuk merajut harapan dan cita-cita, masih bisakah meutia bermimpi?

2
Meutia kembali ke kamp pengungsian, ia berjalan sendiri, ditolehkan kepalanya kebelakang, tampak wajah nenek tua itu tengah berdiri menatapnya dengan kekosongan, kulinya yang keriput tersimpan perjuangan hidup yang begitu berat, ia telah melalui kehidupan ini dengan bersabar, sinar matanya yang setengah redup memancarkan keinginan untuk mencicipi kebahagiaandiusianya yang sudah senja ini, anak dan cucunya entah berada dimana?
Meutia berjalan, nenek tua itu tetap diam, setelah sampai dihadapan nenek tua itu, meutia membiarkan dirinya agar dipeluk dengan sangat erat, tapi kedua tangan nenek tua itu seakan tak bertenaga, meutia memeluk nenek tua itu, layaknya seorang cucunya sendiri” nek” desahan yang meluncur dari sudut bibirnya telah mengguncangkan alam sadar nenek tua, setelah mendengar kata “nek” ia seakan menerima energy baru, seakan seluruh anak dan cucunya memanggilnya, dengan amat lembut, namun ia juga menyadari suara itu timbul dari seorang anak kecil yang malang ini, bukan dari cucu-cucunya.
“siapa namamu?”tiba-tiba nenek tua itu bertanya dengan penuh keheranan lalu disambung dengan seulas senyuman yang hangat.
“Cut Meutia” jawab meutia tanpa basa-basi dan panjang lebar, “nenek dari mana, di kamp pengungsian meutia tidak pernah melihat nenek”
“nenek dari meulaboh..” nenek menunduk lalu melanjutkan kata-katanya” nenek sangat menyesal saat itu kenapa nenek harus pergi ke pasar, seharusnya nenek tinggal dirumah bersama cucu-cucu nenek, andai saja nenek tidak pergi saat itu, mungkin nenek sudah tidur panjang saat ini, nenek ingin mati saja..” nenek tua itu menitikkan airmatanya “ nenek sendiri, nenek kehilangan cucu-cucu dan anak-anak nenek, tsunami telah memisahkan kami, dimana ya mereka sekarang, rasanya seluruh kota Aceh sudah nenek telusuri tetapi tetap saja nenek tidak menemukan mereka” bulir-bulir air matanya jatuh meluncur, isak tangisnya terpendam, desahan nafasnya membentuk syair lagu sendu, begitu menyayat hati dan rasa.
“meutia juga kehilangan ayah dan ibu, sekarang meutia jadi yatim piatu, begini saja, maukah kita saling mengangkat…” kata-katanya terhenti, dan nenek tua itu tahu ini bukan kalimat penutup tapi ia tak sabar ingin mendengar kalimat selanjtnya, nenek tua itu mendengarkan dengan seksama “ kita saling mengangkat nenek dan cucu, bolehkan meutia memanggil nenek dan nenek boleh memanggil meutia cucu nenek” jawaban inilah yang dinanti nenek tua itu, ia bahagia, semangatnya yang redup tiba-tiba bangkit, tangannya tak sabar ingin mendekap gadis mungil ini.
Dan sekarang ia ingin hidup lebih lama, menikmati sisa kehidupannya dengan memberikan perhatian kepada cucu barunya, rasanya dunia yang dipijaknya bukan dunia dulu tetapi dunia baru dengan kehidupan yang baru.
Malampun tiba, senja telah larut, jubah malam yang hitam pekat menyelimuti langit yang kelam, meutia tidur bersama nenek tua di kamp pengungsiaan, keduanya saling mengenang, mata seolah tak ingin terpejam, didalam tidurnya meutia bermimpi, disana ada ayah dan ibu, ayah menggendong meutia, sisa kenangan yang masih dapat dirasakan kini adalah kehangatan saat digendong ayah, rasanya hidup ini penuh arti, namun tiba-tiba ada sekelebat bayangan tentang tsunami, kebahagiaan itu pun lenyap, debur ombak yang tinggi, orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri, semuanya itu berayun-ayun tiada henti didalam benaknya kini, tanpa sadar ia pun menangis, nenek tua yang belum tidur, terkejut menyaksikan semua ini, didalam mimpi ia pun menangis. Nenek tua itu menengadahkan kepala dan membathin “ apa yang sedang difikirkannya sekarang? Pasti dia sedang bemimpi sedih, owh cucuku yang malang”. Nenek tua itu pun mengenang, membayang dan perlahan larut dalam kepedihan, ia menyeka air matanya, berusaha bangkit dari kondisi seperti ini. Tidak, tidak boleh, aku tidak boleh membiarkan cucuku melihatku menangis.
3
Pagi-pagi sekali setelah shalat shubuh, nenek dan meutia pergi ke pinggir pantai meulaboh, lalu berjalan melewati tumpukan bangunan yang rusak, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah sebuah kehancuran, sebaris kenangan menguntai disetiap sudut kota dan jalan, keduanya tak bercakap, berdiri mematung, tatapannya penuh kekosongan, rasanya setiap kaki ini melangkah sama seperti melewati ribuan kisah yang tersusun indah didalam nostalgia kehidupan dan semua itu dapat terbaca lewat puing-puing yang berserakan dimana-mana.
Mereka berdua, bercanda, tertawa dan bermain, keduanya berusaha saling mengobati luka, saling memberikan cinta dan kasih sayang, saling mengisi kekosongan diri. Tiba-tiba ada beberapa anak kecil dating, mereka melebur bersama meutia dan nenek menjadi satu. Mereka bermain bersama-sama, dibalik wajah-wajah penuh sendu itu tersurat sebuah keinginan untuk memiliki cinta dan kasih sayang.
Ketika meutia memalingkan wajahnya, ada seorang anak yang duduk sambil memeluk kedua lututnya, wajahnya basah oleh airmata, anak itu duduk diantara puing-puing, tanpa fikir panjang meutia berlari menemuinya” bermainlah dengan kami” muetia mengulurkan kedua tangannya, anak itu mengangkat wajahnya, lalu berkata”teman, aku kangen sama ibu, bagaimana bisa bermain”katanya sambil terus menangis.
“lihatlah mereka”meutia menunjuk ke arah sana, “ mereka tertawa riang, bermain bersama, meskipun mereka telah menjadi yatim piatu, mereka berusaha menghibur diri, temanku, bergabunglah bersama kami”
Melihat keteguhan, keberanian, ketabahan dan kesabaran yang terpancar dari semangat jiwa didalam diri meutia, anak itu tak ragu lagi untuk mengikuti ajakan meutia dan dengan cepat anak itu melebur bersama mereka, anak itu begitu lugu dan manis. Cepat sekali ia melupakan kesedihannya, tawa dan canda meluap-luap jadi satu, masih bisakah esok pagi mereka seperti itu?
Dibawah siraman sinar matahari yang membakar kulit, anak-anak itu bernyanyi dengan riang, meutia dan nenek pun turut bernyanyi bersama :
Kapal layar dating dari utara
Hati riang dan gembira
Didermaga, kami menanti ayah dan ibu dating
Jangan menangis sayang
Jangan bersedih sayang
Bergembiralah sayang
Kita bersama merajut mimpi
Mari kita bersama, saling menggenggam tangan

Happy Birthday Zakky 12

“ayah” aku berlari kearah paman yuga
Aku berlari menuju pelukan ayah yuga, ayah yuga memeluk aku sambil berkata
“zakky anak paman yuga yang tersayang, sudah makan belum sih? Lagi apa hayo?” paman yuga tersenyum terkekeh-kekeh
Aku menutupi kertas yang sudah aku gambari dengan kedua telapak tanganku, kepalaku mengangguk-ngangguk.
“zakky sudah makan sama roti tadi pagi” aku tersenyum simpul dan mulai memperlihatkan gambar hasil karyaku kearah paman yuga “ ini gambar paman yuga” aku menutupi wajahku, takut gambarku jelek.
“wah pintarnya zakky ini menggambar” paman yuga menggendong aku, mencium keningku.
“zakky anak paman yuga sayang, paman yuga sayang sangat sama zakky, panggillah paman ini ayah ya, jangan panggil paman lagi ok”
Aku mengangguk” baik, ayah baru”

Tanpa terasa tahun demi tahun telah berganti, kerinduan kepada ibu, ayah dan kakak arif semakin lama semakin menguat saja hingga aku tidak mampu menahannya, jika aku rindu kepada ayah, ibu dan kakak arif aku selalu melamun, melamun, melamun mencari jawaban dari sesuatu yang sulit aku tanyakan, terkadang paman yuga selalu mengamati aku yang sedang melamun “ paman tahu pasti zakky ingat mereka kan?” lalu paman yuga menyambung kalimatnya lagi “sekarang ada paman yuga, ini ayah mu juga, peluklah paman sebagaimana zakky memeluk ayah, ibu dan kakak arif” aku lalu memeluk paman yuga. Hal seperti ini setidaknya sedikit mengobati kerinduan akan ayah, ibu dan kakak arif.

Tahun ini aku genap bersusia 10 tahun, 3 tahun sudah aku hidup bersama paman yuga yang selalu aku sebut ayah,

Hari ini adalah hari ulang tahun aku yang ke 10, paman yuga mempersiapkan pesta ulang tahun yang begitu mewah di restaurant bintang lima, seluruh ruangan restaurant di hias dengan aksen-aksen manis, ada balon warna-warni, ada badut yang lucu, ada bunga melati dan aku mengenakan jas hitam dengan dasi kupu-kupu.
Tamu undangan sudah berkumpul mengelilingi meja yang berisikan kue ulang tahunku, jantungku berdebar-debar tak menentu, semua tamu undangan bersama-sama menyanyikan happy birthday to you, happy birthday zakky, satu persatu ke-sepuluh lilin yang melingkar diatas kue ulang tahun ku tiup. Aku bahagia sekali tetapi alangkah bahagianya jika ada ibu, ayah dan kakak arif disini, disampingku.
“zakky lihat paman bawa hadiah untukmu” paman membawa kotak kaca yang tertutup kain hitam lalu membuka kain hitam itu, taraaa 5 ekor ikan warna-warni sedang berlarian didalam kotak kaca itu. Aku terkejut, mataku terbelalak bahagia, mulutku terus saja bergumam.
“bagaimana tahu zakky suka ikan warna-warni” aku terus saja menatap ikan warna-warni itu
“dulu ayahmu pernah mengajak paman ke pasar, ayahmu lalu membeli ikan warna-warni, ayahmu menjelaskan bahwa zakky suka sekali ikan warna-warni, sejak saat itulah paman jadi tahu, sebenarnya sudah lama paman ingin membelikanmu ikan warna-warni tapi paman selalu lupa he he he he he”

by:jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 11

“ini paman yuga” ayah memperkenalkan paman yuga ke aku, “cepat beri salam kepada paman yuga”. Lalu aku mencium tangan paman yuga, paman yuga mengelus-ngelus kepalaku “ salam perkenalan paman yuga, nama ku zakky shabiladev, usia ku sekarang sudah 7 tahun” kata aku.
Paman yuga tersenyum “ halo adik zakky yang manis, ermm kamu lucu banget si, paman senang punya keponakan seperti adik zakky” paman yuga mengeluarkan sebatang coklat lalu menyodorkannya kearah aku “ paman yuga punya coklat, ini buat adik zakky agar adik zakky tambah lebih manis seperti coklat”. Aku tersenyum malu-malu dan mengambil coklat itu.
“anakmu manis, lucu dan pintar” kata paman yuga kepada ayah
“ngomong-ngomong tentang anak, dimana anak mu, bukankah kamu punya anak laki-laki, kalo tidak salah namanya..nan..nan.nando”
Paman yuga menundukkan kepalanya, dengan tatapan mata apa adaya, paman yuga menjawab
“dia sudah meninggal 3 bulan yang lalu karena sakit tifus”
Ayah lalu diam begitu mendengar jawaban paman yuga, ayah menepuk pundak paman yuga
“berat memang kalo orang yang kita cintai itu pergi, aku yakin kamu lelaki yang kuat” lalu ayah mengacungkan 2 jempol sambil berkata “ SEMANGAT…SEMANGAT”
Paman yuga adalah kakak ayah aku, dia sudah menikah tapi baru mempunyai anak setelah 5 tahun menikah, anak paman yuga meninggal dunia dalam usia 3 tahun, namanya nando, nando lucu sekali, aku pernah memeluk dan mencibut pipi nando kecil, namun sayang sekarang nando sudah tidak ada lagi, aku selalu teringat akan wajah nando yang lucu itu, kata-kata yang selalu diucapkan nando yang masih aku ingat adalah “ PA PA LI PO PA PA LI PO” dan nando kecil selalu memanggil aku popo zassi, maklumlah lidah anak kecil masih belum sempurna betul.
***
Hari ini paman yuga mengajak aku jalan-jalan, paman yuga mengajak aku ke taman, disana aku dan paman yuga bermain-main. Ternyata paman yuga itu sangat baik dan penyayang, berkali-kali kepala aku selalu diusap-usapnya, tapi sayang paman yuga kehilangan anak semata wayangnya. Dan aku tahu ketika paman yuga memeluk aku, paman yuga sedang merindukan nando, anaknya yang lucu itu.
“senyuman adik kecil zakky yang lucu ini membuat paman jadi gemes, paman ingin mencubit zakky, boleh ?”
Hidungku dicubit oleh paman yuga kemudian kepala aku diusap-usapnya berkali-kali
“jejejejejejejejejejejejej
ejejejejejejejejejejejejeje” kata aku sambil berputar-putar
“lo, apa tu, kok jejejejeje, apa sih artinya.ermmm?
“tidak tahu, zakky Cuma jejejejejejeje saja”
“la, zakky ini ada-ada saja…sini biar paman cium kepala zakky yang cute ini”
Aku lalu menghindar dan menutup kedua mataku dengan kedua jari-jemariku
“dari tadi paman yuga kenapa sih mencium kepala aku terus?”
“karena kamu itu lucu”
“memangnya kalo zakky lucu jadi abang pengen cium zakky ya”
Paman yuga tersenyum “ iya anak manis, zakky ku sayang mau jadi anak paman yuga gak?”
Aku lalu berfikir-fikir sejenak “ kan zakky kan sudah punya ayah, masa zakky punya ayah dua”
“bagus dong, berarti banyak orang yang sayang sama zakky”
Aku dan paman yuga tersenyum, sore harinya kami pulang kerumah, paman yuga mengantar aku sampai pintu depan rumah.
***
Tiba-tiba tanpa sengaja aku menjatuhkan gelas mug ayah, aku belum pernah menjatuhkan gelas mug ayah, aku membungkukkan badan untuk memungut pecahan-pecahan gelas mug itu, aku jadi rindu ayah, ayah sekarang sedang sibuk bekerja dikantor. Setelah membereskan pecahan gelas itu lalu aku menelpon ayah
“ayah, zakky rindu sekali sama ayah, ayah cepat pulang ya, okeh okeh okeh, pulang bawa kue rasa strawberi yah..okeh okeh”
“iya pangeran kecilku zakky yang lucu, nanti ayah akan belikan apa yang zakky mau, sudah dulu ya, ayah mau bekerja dulu…muahhhhhhhhhhhhhhh muahhhhhhhhhhhhhhh ayah sayang sama zakky ku” ayah menciumku lewat suara telepon, terbalas sudah rinduku kepada ayah.
Siang ini aku tidur dikamar sendirian, didalam mimpi aku bertemu ayah, ibu dan kakak arif
“zakky kemari..ayo kemari..kemari” lalu aku berlari menuju ayah, ibu dan kakak arif tetapi semakin aku berlari menuju mereka, mereka semakin lama semakin menjauh menjauh dan menjauh, hanya amar-samar suara yang aku dengar, mereka memanggil-manggil namaku berkali-kali” ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY ZAKKY”
Lalu tiba-tiba ayah muncul dan memeluk aku kemudian mencium kening aku, tiba-tiba ayah terbang ke atas awan sambil melambaikan tangannya. Aku berusaha mengejar ayah tetapi tidak bisa, ayah terbang jauh sekali
Keringat dikepalaku terus saja mengalir dengan amat derasnya lalu aku menjerit memanggil nama ayah. “AYAHHHHHHHHH AYAHHHHHHH AYAHHHHHH” tanpa sadar aku menangis, perasaanku begitu aneh, aku merasa akan kehilangan sesuatu, gelisah fikiranku saat ini.
***
Pada jam 4 lewat 7 menit sore hari aku berlari ke ruang tengah rumah untuk mengangkat telefon, jantungku berdetak sangat kencang sekali.
“zakky, ini paman yuga, zakky siap-siap ya, ganti baju nanti paman langsung jemput zakky” kata paman yuga, dalam hatiku bertanya dan ketika aku mulai bertanya paman yuga langsung menutup telefonnya. Ada apa ini? Kenapa paman yuga tiba-tiba menyuruhku untuk siap-siap?apakah paman yuga mau mengajakku pergi jalan-jalan? Aku terus saja bertanya-tanya hingga paman yuga akhirnya tiba didepan rumah dan aku langsung masuk kedalam mobil sedannya yang berwarna hitam. Dalam perjalanan paman yuga sama sekali tidak membuka suara, aku ingin sekali bertanya tapi mulutku seakan terkunci rapat sekali. Paman yuga mamparkir mobil sedannya didepan rumah sakit palang merah Indonesia bogor.
Paman yuga memelukku kemudian aku digendongnya, paman yuga berjalan buru-buru sekali, kami memasuki pavilion demi pavilion rumah sakit, kami tiba didepan kamar mayat, sebelum paman yuga membuka pintu kamar mayat, aku merasakan tangan paman yuga gemetaran tidak menentu, pada saat itu aku masih sangat polos dan tidak tau apa-apa. Setelah menghela nafas lalu pintu kamar mayat itu dibuka, aku melihat ada sesosok mayat tertutupi kain putih. Dalam hatiku bertanya-tanya siapa orang itu? Siapa orang itu?
Paman yuga membuka kain putih yang menutupi wajah orang itu, seraut wajah yang serasa ku kenal terlihat begitu jelas dihadapan mataku, ayah…ayah…aku berulang kali memanggil nama ayah, tetapi dalam hatiku berkeyakinan bahwa ayah sedang bekerja di kantor. Aku berjalan mendekati mayat itu, dengan seksama aku mengamati baik-baik wajah mayat itu, perlahan-lahan senyuman ayah terlihat begitu jelas.
Aku diam setelah hatiku yakin bahwa mayat itu adalah ayah. Paman yuga mengangguk pelan sembari memelukku.
“itu ayahmu zakky…ayahmu meninggal dalam kecelakaan mobil” paman yuga tak mampu meneruskan kalimatnya, wajahku sudah basah oleh airmata. Aku menangis sejadi-jadinya, meraung-raung, memuntahkan seluruh airmata yang ada didalam pelukan paman yuga.
“ayah jahat…katanya mau menjaga zakky…ayah jahat..ayah jahat…” setelah berkata seperti itu aku lalu berlari menuju mayat ayah sambil mengguncang-guncangkan tubuh ayah yang kaku “ ayah bangun, ini zakky…bangun dong ayahku…ayah bangun”
Dengan bersimbah airmata aku menoleh ke arah paman yuga “ paman kenapa ayah tidak mau bangun..paman tolong bangunkan ayahku…aku kan mau main sama ayah” kataku sambil menangis.
Apa yang mau dikatakan oleh paman yuga? Paman yuga samasekali bingung tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan hal ini kepada aku yang baru saja berusia tujuh tahun, aku melihat wajah paman yuga pucat pasi, tidak ada warna, guratan-guratan lelah tampak begitu kusut memenuhi wajah paman yuga.
Ini memang sudah suratan takdir bagi aku yang bernama zakky shabiladev, kehilangan ayah, ibu dan kakak arif yang tercinta membuat semangatku mengendur dan bahkan hilang sama sekali. Sekarang aku tinggal bersama paman yuga, paman yuga menyuruhku untuk tidak segan-segan memanggilnya ayah, wajah paman yuga memang mirip dengan ayah oleh karena itu aku mulai terbiasa memanggil paman yuga ayah. Tapi aku rindu..rindu dan teramat rindu sama ayah.
……….ayah, ibu, kakak datanglah, hantuilah kehampaanku agar kabur
ayah, ibu, kakak datanglah, usirlah kesunyian bathinku agar ramai kembali
ayah, ibu, kakak datanglah, hantuilah kesedihanku agar kesedihanku kabur dan tak kembali..

Happy Birthday Zakky 10

Hal tersulit bagi ayah adalah menerima kenyataan bahwa ia telah melakukan kesalahan besar, tidak ada satupun didunia ini yang berani tega membunuh anaknya sendiri. Ayah merasa bersalah, raut wajah ayah dipenuhi seraut muram yang sulit tertumpahkan, terpendam begitu saja, mencair namun sulit untuk mengalir hinga membeku menjadi penyesalan yang tiada berujung. Setiap hari ayah selalu melihat aku dari luar jendela, ayah menyaksikan aku yang sedang terbaring tak sadarkan diri, sesekali ayah menangis, yang keluar dari mulut ayah adalah isakan tangis yang tertahan. Hujan turun begitu saja, meskipun turun tak akan pernah mampu menggoyahkan ayah dari posisi berdirinya, dari kejauhan dokter herman yang sejak dari tadi mengamati ayah, pelan-pelan menghampiri ayah, lalu dokter herman menepuk pundak ayah, ayah tak bergeming, diam saja seolah semua indra rasa yang ada didalam diri ayah telah hilang dan habis terkuras oleh airmatanya. Dokter herman berdehem, lalu katanya “ putramu zakky semakin lama kondisinya semakin memburuk, tapi meskipun demikian saya yakin bahwa putra anda yang bernama zakky itu adalah seorang anak yang kuat, berdoalah, saya akan berusaha menyembuhkan putra anda semampu saya, saya akan mencoba melakukan yang terbaik” kata dokter herman, lalu ia berlalu.
Ayah menarik nafas lalu ayah mengejar dokter herman “ dok, anakku tak akan mati kan, anakku tidak boleh mati, dia harus hidup, saya mohon sembuhkanlah anakku..” nafas ayah memburu beraroma ketakutan dan kebimbangan yang mendalam.
Ini hari apa, bulan apa, ini siang atau malam semua tampak sama, yang ada didalam fikiran ayah adalah aku, zakky putranya. Ayah tampak begitu kurus dan tak terurus, pernah ada seorang suster perawat yang mencoba memberi ayah makan namun ayah selalu menolaknya baru setelah dibujuk oleh dokter herman, ayah lalu makan.
Seminggu, sebulan dan bahkan berbulan-bulan ayah terus saja menjaga aku disamping, tak henti-hentinya tangan ayah menggenggam kelima jari-jemari aku. Ayah selalu mendoakan aku setiap malam, pagi, siang, sore bahkan setiap hembusan nafas ayah adalah doa untukku. Namaku selalu disebut berulang-ulang dalam setiap untaian doa ayah.
Pada bulan kesembilan, kondisiku sudah mulai pulih namun belum seluruhnya. Melihat tanganku bergerak, ayah langsung senang, ayah langsung mencium tangan aku sambil berkata “bangunlah anakku sayang, ayah sudah tidak sabar ingin memelukmu, menyayangimu seperti dulu, ayah rindu dan teramat rindu senyuman manismu,senyumanmu bagi ayah adalah semangat, semangat yang kokoh, dengan mengingat senyumanmu jiwa ayah seakan terisi oleh suatu kekuatan baru” . butiran air mata ayah berjatuhan hingga lengan aku basah oleh tetesan air mata ayah.
Pada hari ke 12 barulah aku bisa membuka kedua kelopak mataku pelan-pelan, orang pertama yang aku lihat adalah ayah, wajah ayah basah oleh airmata. Ayah membantu aku untuk bangkit, ayah memeluk kepala aku, wajah ayah seperti langit yang cerah.
“zakky marah sama ayah?”
Aku menatap ayah, menatap ayah lebih dalam dan dalam, pelan-pelan aku teringat akan kejadian hari itu, ayah mencoba membunuh aku dengan tangannya sendiri. Aku tidak bisa marah, tanpa fikir panjang aku langsung memeluk ayah erat-erat.
“zakky sayang sama ayah, mana bisa zakky marah sama ayah”
Begitu mendengar kata-kata aku, ayah memeluk aku semakin erat, yang aku dengar adalah deru tangis airmata ayah yang terpendam dalam hati, lewat degupan jantung ayah, semakin menyakinkan aku bahwa ayah begitu bersedih.
***
Seminggu kemudian aku mulai sembuh total, aku akhirnya diijinkan pulang oleh dokter setelah pengecekan kesehatan dan terapi selesai, begitu tiba dirumah aku merasakan keadaan dalam rumah tampak begitu dingin, semua benda tampak berdebu, warna tembok tampak begitu kusam, namun begitu aku mengedarkan pandanganku kesegala penjuru sudut ruangan, aku menemukan banyak sekali jejak kenangan yang tertinggal disetiap dinding tembok rumah, mulai dari ketika hari ulang tahun aku yang ke-enam, peristiwa hujan-hujanan, ikan warna-warni dan segala kenangan yang dulu pernah dilalui kini berayun-ayun didalam kepalaku membentuk suatu untaian kalung yang berkilau memancarkan jutaan kenangan yang membuat mata aku berkaca-kaca. Aku dan ayah saling berpandangan, aku menangkap ada seraut sinar penyesalan yang begitu mendalam didalam kedua mata ayah yang sayu dan berkali-kali ayah selalu bertanya hal yang sama “ zakky marah sama ayah?”
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, membenamkan kepalaku kedalam pelukan ayah
“zakky sayang sama ayah, zakky tahu ayah tidak bermaksud membunuh zakky…tapi zakky siap kok kalo ayah menginginkan zakky mati..” ayah buru-buru menutup mulutku dengan kedua tangannya, dengan suara gemetaran dan sedikit parau, ayah berkata “ sudah..sudah..jangan bicara tentang kata mati…” ayah tak sempat menyelesaikan kata-katanya karena seluruh emosi tidak akan mensia-siakan waktu sekarang, esok dan nanti untuk terus menyayangimu sepenuh hati, ayah khilaf nak..ayah benar benar tidak tahu apa yang harus ayah lakukan ketika itu, fikiran ayah kosong “ sesekali ayah mencium kening aku dan memelukku dengan amat sangat erat.

Daun-daun berjatuhan, perlahan-lahan daun-daun itu mengubur kenangan dimasa silam, yang tertinggal adalah bangkai suasana, bangkai kerinduan, bangkai senyuman yang mewangi disetiap sudut ruangan rumah. Tahun ini aku genap berusia 7 tahun, aku dan ayah duduk didepan kue tart coklat, ada tujuh batang lilin yang berdiri melingkar diatas kue tart, ayah memanduku untuk berdoa lalu aku meniup satu persatu lilin-lilin itu, setelah meniup lilin yang ke-enam aku jadi teringat sesuatu, bau-nya aroma kenangan dapat ku rasakan, satu persatu wajah mendiang ibu dan wajah mendiang kakak arif tampak begitu jelas kulihat, mereka tersenyum sambil memandangku. Ayah dapat merasakan apa yang aku fikirkan dan aku rasakan saat ini
“ ayah mengerti, sudahlah…meskipun ibu dan kakak arif tidak bersama kita lagi disini, masih ada ayah, ayah percaya mereka akan selalu ada dihati kita”
Akhirnya aku meniup lilin yang ketujuh, ayah mencium keningku
“zakky anakku mau hadiah apa dari ayah”
“aku mau ibu dan kakak arif kembali” aku langsung menangis sekuat-kuatnya, ayah terdiam. Aku tahu sebenarnya ayah ingin menangis tetapi ayah berusaha untuk tetap tegar dan kuat dihadapan aku. Lalu ayah membawa aku ke tempat dimana mendiang ibu dan mendiang kakak arif dikuburkan. Setelah membaca doa lalu kami menabur bunga, kakak arif dikuburkan disamping ibu agar nanti kalo aku dan ayah berziarah bisa dengan mudah menziarahinya.
Sinar lembayung mulai patah diterpa angin senja yang datang dari arah timur, tumpahan air mata masih tersisa diujung sudut mata, senja merapat dimulut dermaga, dan lembayung pun tenggelam kedalam lautan luas, ingin rasanya aku melipat sinar lembayung lalu menyimpannya didalam memoriku.
***
Berikutnya adalah masa-masa yang paling membahagiakan dalam hidupku, hari-hari yang aku lalui penuh dengan kasih sayang yang melimpah ruah dari ayah.

Happy Birthday Zakky 9

"segumpalan kabut melayang ringan diatas tanah datar yang memanjang
kubangan rindu terkumpul diantara tulang tengkorak kepalaku
hati mengigau memanggil nama yang tercinta
ketika aku lelah berlayar menerobos samudra kabut
harus kemana aku berlabuh?"
***
hari ini aku sembuh dari sakit demamku, sudah seminggu lamanya aku terbaring dikamar. aku membuka kedua mataku, seberkas sinar matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela kamarku seolah memberiku tenaga untuk bangkit dari kesedihanku yang begitu memanjang. aku tidak tahu ini hari apa, aku berjalan masuk menyusuri setiap ruangan, aku tidak tahu apa yang sedang aku cari, aku merasa seolah kehilangan sesuatu, sesuatu yang begitu berharga dalam hidupku. aku mendesah ringan dengan penuh kesunyiaan batin.
"zakky sudah sembuh?"tanya ayah kepadaku.
ayah menyentuh kepalaku untuk memastikan apakah demamnya sudah hilang. ayah menyuruhku untuk duduk, aku terpaku menatap ayah, terkadang aku melihat ayah begitu sayang padaku dan terkadang juga aku melihat ayah begitu membenciku, sebenarnya apa yang telah mengubah ayah, aku seperti tidak mengenali ayahku sendiri. ayah dimana ayahku berada?
" zakky membenci ayah?" ayah menundukkan kepalanya kemudian melanjutkan kata-katanya lagi" iya..memang benar zakky sekarang membenci ayah ya..ayah tahu.." ayah tertawa sendiri.
aku diam tak berkata sedikit pun. ayah menatapku, ayah mengangkat daguku..kemudian entah apa yang akan dilakukan oleh ayah. warna muka ayah tiba-tiba berubah menjadi baik, ayah tersenyum. lalu ayah berkata " zakky mau bertemu sama ibu dan arif tidak? kalo mau, ayah akan mengantarkan zakky pergi kesurga, disana zakky akan bertemu ibu dan arif, zakky pasti rindu sangat kan sama ibu dan arif" suara ayah begitu aneh, tersenyum namun ada ketakutan terpancar dari wajahnya. aku mengangguk saja, maklum la aku baru berusia 6 tahun jadi aku tidak tahu apa-apa, aku masih sangat polos, dengan penuh kegembiraan aku berkata
" benarkah ayah akan membawa aku kesurga? surga itu terletak dinegara mana sih yah? zakky pernah mendengar kata surga tetapi zakky belum pernah melihat peta surga, memangnya surga itu jauh ya..tetapi kenapa ibu dan arif dimasukan kedalam tanah..apakah surga itu berada didalam tanah" kata-kataku terdengar polos, ayah tersenyum tetapi penuh kesedihan.
"iya surga itu jauh la...ibu dan arif sekarang tinggal disurga..surga itu tidak bisa dilihat...tetapi ayah tahu bagaimana caranya zakky bisa pergi kesurga...zakky benar-benar mau pergi kesurga?"ayah meyakinkan aku. aku menuruti saja kata-kata ayah dengan mengangguk.
lalu aku diajak ayah masuk kedalam dapur, disana ayah menyuruhku untuk meminum minuman yang telah disediakan oleh ayah, kata ayah minuman ini adalah minuman dari surga dan siapa saja yang meminumnya pasti akan bisa pergi kesurga. aku ragu untuk meminumnya. tiba-tiba jantungku berdegup begitu kencang, tanganku bergetar sangat hebat sekali, samar-samar aku mendengar ada seseorang yang membisikiku untuk tidak meminum minuman itu." jangan diminum zakky..jangan diminum..itu berbhaya..itu racun..itu racun" suara itu semakin lama semakin jelas terdengar ditelingaku. ayah terus membujukku untuk segera menghabiskan minuman itu, ayah terus memaksa aku untuk meminum minuman itu, lalu dengan tak sabar ayah membuka mulutku dengan kedua tangannya, ayah memasukan air racun kedalam mulutku, aku meronta-ronta, tubuhku terasa dicabik-cabik, mulutku mengeluarkan air busa, tubuhku kejang-kejang, ayah lalu memelukku sambil menangis pilu " zakky pasti akan kesurga, maafkan ayah ya anak ku..zakky pasti akan bertemu ibu dan arif disana...tidur la ya...ayah akan memelukmu agar zakky tidur panjang...zakky ingin berjumpa ibu dan arif kan" ayah memelukku erat-erat dan aku meregang nyawa didalam pelukan ayah, jantungku semakin lama semakin melemah, kepalaku pusing, pandangan mataku tampak mengabur, semua tiba-tiba kosong. dan aku merasa tercabut dari jasadku sendiri, sebelum aku menutup mata, aku mendengar ayah berteriak kesetanan " anakku zakky sudah mati...aku telah membunhnya...aku telah membunuh anakku sendiri..dia telah pergi...zakky anakku yang tersayang telah mati...aku telah membunhnya.." ayah berteriak, tubuh ayah lemas sekali. ayah memandangiku sambil menangis lalu ayah berlari membawa aku kerumah sakit. tubuh ayah gemetaran. dalam hati ayah terus berteriak " bangun zakky..bangun zakky...ayah hilaf..ayah hilaf..zakky harus hidup lagi..harus harus.." didalam rumah sakit aku dimasukkan kedalam ruangan gawat darurat. apakah aku sudah mati? entahlah ketika itu aku merasa seperti terbang kesuatu tempat, tempat yang begitu asing yang belum pernah aku temui, aku..entah berada dimana sekarang.


by: jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 8

seminggu setelah kepergian ibu dan arif kehidupan ayah mulai tak jelas, ayah mulai sering pulang malam dengan alasan kerja lembur. aku sering ditinggal sendiri dirumah. ayah berangkat kerja pukul 6:00 pagi dan pulang pukul 9:30 malam, biasanya ayah berangkat kerja pukul 7:00 pagi dan pulang 17:00 sore hari,namun setelah kepergiaan ibu dan arif semuanya benar-benar berubah dengan drastis. ayah seolah tak ada waktu untukku, bahkan hari-hari libur yang biasanya ayah gunakan untuk bermain denganku pun kini tak akan lagi ada dan tak akan pernah lagi ada.
"ayah pulang kerja jam berapa malam ini?" seperti itulah aku selalu bertanya setiap kali sempat berjumpa dengan ayah. dan ayah selalu menjawab dengan nada datar" tak tentu, mungkin larut, ayah sibuk la zakky, ayah harap zakky bisa memahami akan kesibukan ayah ini ya" kata ayah, cuma kata-kata itu saja yang selalu ayah jawab ketika aku tanya jam berapa ayah pulang.
hari ini aku mencoba untuk tidak tidur sebelum ayah pulang, aku rindu sekali sama ayah, rindu akan saat-saat bersama ayah dulu, dengan sabar aku menunggu ayah diruang tamu, aku menengok jam dinding, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam. tak terasa aku menunggu hingga larut malam begini, mataku tak kuat menahan rasa kantuk yang terus merayapi kedua mataku ini hingga aku tertidur disofa.
suara mesin mobil ayah perlahan-lahan aku dengar ditengah mimpiku, suara mesin mobil ayah semakin lama semakin jelas kudengar. aku bangkit dari tidurku, aku mengucek kedua mataku dan berlari keluar untuk membuka pintu. begitu pintu kubuka ayah sudah berada tepat dihadapanku.
"ayah.." teriak aku sambil berlari kedalam pelukan ayah
"zakky belum tidur?"
"zakky menunggu ayah, zakky rindu sama ayah"
aku membantu ayah membawakan tas kantor ayah. ayah menutup pintu, aku meletakkan tas ayah diatas meja kerja ayah.
"cepat pergi tidur, ini sudah larut malam" nada suara ayah begitu berat, garis lelah terbentang disetiap wajah ayah yang kusam.
"zakky rindu sama ayah" kata aku sambil memeluk ayah. ayah melepaskan pelukan aku, ayah menangkis tangan aku seraya berkata dengan nada dengan membentak " cepat pergi tidur" ayah membentak aku dengan suara tinggi. ini kali pertamanya ayah membentak aku dengan nada suara yang begitu tinggi.
"tidak mau" wajahku memelas dan sedikit menitikkan airmata. ayah menarik tangan aku lalu menyeret aku kedalam kamar aku, ayah melepaskan tangan aku sambil berkata dengan nada sedikit marah" tidur..kalo tidak tidur ayah akan pukul zakky..zakky faham" setelah berkata seperti itu ayah lalu menutup kamar aku. aku diam, ini kali pertama ayah membentak aku dengan begitunya. padahal aku ingin sekali bercakap-cakap panjang-panjang dengan ayah. ayah tidak menyapaku, ayah tidak menanyakan kabar aku, dan ayah tidak mencium pipiku lagi. ada apa dengan ayah? aku terus bertanya-tanya dalam hati hingga aku tertidur lelap.
keesokan paginya begitu aku bangun ayah sudah tidak lagi berada dirumah, ayah sudah pergi ke kantor pagi-pagi sekali sebelum aku bangun. aku ingin sekali bersama ayah dipagi hari seperti ini. kapan ayah akan punya waktu seperti dulu lagi? itulah pertanyaan yang selalu melayang-layang didalam ubun-ubun kepalaku. ah..aku mendesah ringan dengan penuh kepiluan hati.
***
lagi, malam ini aku menunggu ayah pulang . aku benar-benar rindu sama ayah. aku ingin makan bersama ayah, dan ayah pun sudah mulai jarang menyapaku begitu juga menatap wajahku, kali ini aku tidak tertidur disofa, aku terus menunggu hingga larut malam. dan tepat pada pukul 11 malam ayah baru pulang. ayah tidak menatap aku, ayah berlalu begitu saja kedalam kamar meskipun aku berkali-kali memanggil ayah, ayah tetap saja berlalu tanpa menatap wajah aku sdikit pun. aku mengetuk pintu kamar ayah" ayah...ayah..zakky rindu sama ayah" dan ayah membuka pintu.
"zakky semakin lama semakin nakal ya...zakky mau ayah pukul ya" ayah lalu keluar dari kamar ayah sambil membawa sapu" cepat pergi tidur kalo tidak ayah akan memukulmu"
aku menggeleng-gelengkan kepala seraya menangis " zakky rindu sama ayah" aku mengembangkan kedua tanganku untuk memeluk ayah, ayah malah memukul kaki ku dengan amat keras, aku menahan rasa sakit, aku menangis tanpa bersuara. ayah menyeret aku kedalam dapur lalu memukuli tubuh ku berkali-kali, setelah itu ayah membenamkan kepala aku kedalam bak air mandi yang begitu dingin, aku meronta-ronta, aku sulit bernafas, berkali-kali aku berteriak dan menangis tetapi ayah semakin ganas menyiksa aku. setelah itu kepalaku dibenturkan kedinding hingga berdarah, ayah mengambil sebilah pisau lalu mendekatkan pisau itu kearah leherku.
tangan ayah bergetar memegangi pisau itu " pisau ini akan memotong kepala zakky kalo zakky nakal dan tidak patuh sama ayah. ayah tidak punya waktu untuk mu lagi zakky, zakky tau tidak pekerjaan ayah sangat banyak sekali, ayah sibuk sangat, ayah pusing memikirkan pekerjaan ayah, zakky faham..kalo zakky faham cepat sekarang pergi tidur"
aku menatap mata ayah, sinar mata ayah begitu redup begitu berapi-api, seolah orang yang ada dihadapanku ini bukanlah ayah melainkan orang lain. apakah ini ayahku? apakah ini benar ayahku? apakah ini ayah ku? aku bangkit lalu berjalan dengan langkah pelan sambil menahan rasa sakit dikepala dan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhku, tubuhku membiru, darah terus saja menetes tiada henti dari kepalaku, aku menangis karena sakit sekali. aku mencoba mengobati luka-luka itu dengan tanganku sendiri. aku membalut dan membungkus kepalaku dengan kain seadanya agar darah yang menetes itu berhenti, aku menangis sambil terpaku mengingati wajah ayah yang begitu berbeda, wajah ayah yang begitu lain.. menangis pun percuma saja tak akan bisa mengubah semua keadaan ini. aku mencoba untuk tidur sambil mengingati masa-masa dulu ketika ayah memeluk dan mencium pipiku dengan amat sayangnya kepadaku, aku membawa kenangan itu hingga kedalam mimpiku dan berharap dapat menghapus sedikit rasa perih dari luka yang menganga disetiap tubuhku ini.

keesokan harinya aku sakit parah. aku demam tinggi. seharian aku tidur dan belum makan sesuap nasi pun, tak ada tenaga untuk berjalan. ayah memanggil namaku berkali-kali tetapi aku tidak menyahutnya karena aku tertidur pulas sambil menggigil karena demam tinggi. ayah masuk kedalam kamarku dan menemukan aku tertidur dengan amat pulasnya, ayah melihat kedua tanganku bergetar dengan sangat hebat. ayah mengamatiku dan menyentuh kepala aku, ayah mendesah panjang, tanpa berkata apapun ayah menggendong aku untuk dibawa ke rumah sakit. aku tak sadarkan diri, seluruh wajahku pucat pasi. ayah sama sekali tidak mengeluarkan kata sepatah pun. ayah hanya diam. diam seribu bahasa.


by : jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 7

ayah berjalan dengan langkah sempoyongan, kedua matanya menerawang jauh kedepan. aku berjalan mengekor mengikuti kemana ayah pergi, setelah lama berjalan akhirnya ayah berhenti tepat didepan pintu kamar mayat rumah sakit, disana jenazah kakak aku, arif, disimpan. ayah membuka pintu itu lalu berjalan masuk, aku dengan langkah kecil mengikuti dari belakang, aku bersembunyi dari balik pintu. aku melihat ayah berdiri memandangi jenazah kakak arif yang ditutupi kain putih. sesekali ayah menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, terdengar oleh kedua telingaku ada suara rintihan hati yang menangis yang tertahan dari dalam mulut ayah. aku terpaku,aku juga tak kuasa menahan keadaan seperti ini. aku menghembuskan nafas lalu berlari kesuatu tempat untuk menenangkan diri. disana aku duduk sambil kembali mengingati saat-saat ketika arif masih hidup.
"zakky itu mau jadi ikan" kata arif ketika itu
"benarkah itu ayah?"tanya aku pada saat itu kepada ayah
ayah tersenyum. kemudian tanganku dicubit oleh arif.
"aduh"
"sakit tau"
aku ketika itu langsung menangis. lembaran demi lembaran kenangan tentang arif berputar-putar didalam ubun-ubun kepalaku. cubitan tangan kakak arif seperti masih terasa hingga kini, aku memegangi tanganku yang dulu pernah dicubit oleh kakak arif. aku menangis, butiran air mataku membasahi tanganku. aku lalu berkata dengan menahan isak tangis yang meburu " kakak arif,cubit aku lagi...kalo kakak arif tidak ada lalu siapa yang akan mencubit tangan aku..aku rindu cubitan kakak...aku ingin bersama kakak arif yang nakal itu..aku ingin ada kakak arif hari ini...kakak arif...zakky..zakky benar-benar sayang sama kakak arif..zakky tidak bohong tau...zakky serius tau...zakky merindukan kakak arif...kakak arif..kakak arif..kakak arif" aku menangis sekuat-kuatnya. dari kejauhan ayah melihatku, ayah lalu datang langsung memeluk aku. aku menangis dalam pelukan ayah. ayah memelukku dengan sangat erat.
***
"hasil pemeriksaan sementara..isteri anda mengalami komplikasi yang cukup parah...menurut hasil pemeriksaan kami..isteri anda keguguran..ia tengah hamil dua bulan..ditambah lagi ia memiliki penyakit jantung yang sangat kronis...isteri anda juga memiliki penyakit leukemia stadium 2" kata dokter faisal
ayah terdiam, mulutnya bergetar " isteriku hamil dua bulan" antara percaya dan tidak ayah tertawa sendiri lalu ayah berkata lagi" dan isteriku keguguran,dan itu berarti dua nyawa telah pergi, aku ....aku telah kehilangan anak-anakku.." ayah bergetar ketakutan
"isteriku pasti akan baik-baik saja kan dokter?"
dokter itu menggelengkan kepalanya, tampak ada sedikit keraguan diwajah dokter faisal
"peluang untuk hidup hanya 2%...dan itu pun belum pasti...dia tidak bisa bertahan lama"
ayah menarik lengan dokter faisal, digenggamnya erat-erat lengan dokter faisal, jantung ayah berdetak tak beraturan" sembuhkan isteriku dok..aku mohon..aku mohon...berapa pun biayanya akan aku bayar..aku mohon..aku mohon" ayah menangis
"saya hanya manusia biasa, saya akan berusaha menyelamatkan isteri anda...berdoa lah...keputusan akhir hanya tuhan yang menentukan bukan saya..."

aku melihat ayah tampak murung, wajahnya kusam, terlihat ada garis lelah yang terbentang diwajah ayah. besok adalah hari pemakaman kakak arif, aku tahu ayah sangat sedih sekali. keadaan ibu tak pasti, entah baik atau tidak.

tepat pada jam11 malam aku dibangunkan oleh ayah, aku dibawa kekamar ibu, aku melihat ibu sedang berusaha mencoba untuk bangkit sambil dibantu oleh ayah, ibu tampak kurus sekali. wajah ibu tak berwarna, pucat pasi tetapi aku menemukan seulas senyuman hangat mengembang diwajahnya. ibu memeluk aku dengan lembutnya,ibu mengsusap kepala aku.
"zakky anak ibu yang tersayang, zakky anak ibu yang tersayang, zakky tampak kurus sekali, sudah makan belum sih?"
"sudah bu"
ibu tersenyum hangat sekali, sinar matanya mengalahkan rasa kantuk yang merayap didalam mataku. sinar mata ibu seolah memberikan semangat yang begitu besar tetapi mengapa aku merasakan bahwa sinar ini tak akan pernah lagi bisa aku lihat..sinar mata ibu..aku mencoba menatap mata ibu lebih dalam..mata ibu seolah berbicara sesuatu yang tak aku fahami.
"sekarang sudah malam, zakky tidur lah..zakky tidak boleh tidur lewat..zakky harus cepat-cepat tidur" aku menguap berkali-kali, ayah membawa aku kekamar untuk tidur.
setelah aku tidur ayah kembali kekamar ibu, disana ayah dan ibu bercakap-cakap.
"kenapa ibu tidak bilang sama ayah bahwa ibu sedang hamil 2 bulan, kalo ayah tahu ibu dalam keadaan seperti ini tentu ayah akan membatalkan jalan-jalan itu."
"ibu ingin memberi kejutan untuk zakky, arif dan ayah...ibu sedang menunggu waktu yang tepat untuk bicara kepada kalian...ya sudahlah semua sudah terjadi."
ayah memeluk ibu, mencium kening dan pipi ibu
"ayah takut sekali..ayah sangat takut sekali...berjanjilah untuk tetap hidup untuku dan untuk zakky....ayah tidak mau kehilangan ibu" ibu menutup mulut ayah dengan jari-jemarinya
"siapa bilang ibu akan meninggalkan ayah dan zakky. ibu akan selalu berada bersama kalian"
ayah membenamkan wajahnya didalam jari-jemari ibu.
malam semakin larut, angin berhembus perlahan..daun yang kering berjatuhan dari dahan pohon.

***
ayah berlari-lari sambil berteriak memangil dokter, dua suster langsung bergerak maju kemar ibu. " isteri anda sudah meninggal" bagai mendengar halilintar disiang bolong. ayah bergeter begitu mendengar kata-kata kedua suster itu, ayah berjalan menuju tubuh ibu yang kaku. " kata ibu..ibu tidak akan meninggalkan ayah..kata ibu...ibu tidak akan meninggalkan zakky...ayah mencintai ibu...cintaku padamu begitu luas dan dalam tetapi mengapa ibu pergi...ayah ingin ikut..ayah ingin ikut...tapi..tapi bagaimana dengan zakky..bagaimana dengan zakky...bagaimana caranya untuk memberi tahu bahwa ibu pergi selamanya kepada zakky.................jawab isteriku..ayo jawablah..jawab...jawab..jawab" ayah mengguncang-guncangkan tubuh ibu, tapi ibu tetap saja membisu.
kedua suster itu membawa jenazah ibu kedalam ruangan zenajah, kebetulan disana juga ada zenajah kakak arif yang siap untuk dikebumikan.
ayah sangat sedih sekali, terlebih aku..begitu tahu bahwa ibu pergi untuk selamanya.
air mata seolah tiada henti-hentinya membasahi kedua pipiku...hidup ayah berantakan begitu juga aku.

hari itu juga ibu dan arif dimakamkan, dua orang yang tercinta akan segera dimakamkan. ayah memeluk aku tanpa ada sepatah kata yang terucap, aku mencoba untuk tegar dan kuat. untunglah dihari pemakan itu aku tidak menangis. aku diam dan ayah pun diam. tak ada kata cuma nafas kebekuan yang tercium oleh rasa yang berduka.

setelah ibu dan arif meninggal, cuma aku dan ayah saja yang masih tersisa dirumah ini. rumah yang penuh dengan kenangan manis. ah..aku mendesah kebimbangan karena sukma ini bergetar tiada henti.. dinding-dinding kamar dan seluruh ruangan seolah bercerita tentang suatu masa dimasa lalu..aku dan ayah mulai berantakan..semanjak saat itu ayah menjadi seorang yang pendiam..ayah hanya berkata beberapa patah kata saja..ayah selalu pergi..ayah selalu menyendiri..ayah selalu bekerja dengan kuatnya..mungkin bagi ayah dengan cara seperti itu ayah bisa melupakan segala kenangan yang ada dan yang masih tersisa.

aku? aku mencoba menjadi zakky..zakky yang tak lagi harus menangis..zakky yang tak lagi mendapat ciuman dipipi oleh ayah dan ibu. aku membuka gorden kaca jendela, aku melihat hujan turun dengan amat derasnya. segumpalan kabut menyebar membentuk ornamen bias yang tak biasa. disetiap malam aku menangis, aku selalu memergoki ayah pulang malam hari dalam keadaan mabuk berat. hidup ayah benar-benar berantakan tanpa ibu dan arif. hujan terus saja turun.


by: jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 6

Hari ini ayah mengajak aku, ibu dan kakak arif pergi jalan-jalan kesebuah tempat yang masih ayah rahasiakan, sebelum aku pergi aku memasukan ikan warna-warni yang mati dan yang masih hidup kedalam kotak ikan kecil, dengan perasaan sedih aku memandangi ikan warna-warni itu.
"aku akan membawamu serta, aku ingin kalian tinggal disuatu tempat, jika aku melihat sungai atau kolam maka aku akan memasukan kalian kedalam kolam atau sungai itu, kalian jangan menggangap aku akan membuang kalian, kalian adalah ikan warna-warniku yang terbaik dan tersayang, aku takut kalo kalian tinggal sama aku nanti akan menggaggu pertumbuhan kalian, lihat itu, kawan-kawan kalian yang lainnya mati karena aku tidak begitu memperhatikannya, kalian jangan membenci aku ya, aku sayang sangat sama kalian tau, selamanya kalian akan selalu ada dihatiku wahai ikan warna-warniku yang tersayang" setelah berkata seperti itu, aku menangis, aku melihat dengan seksama ikan warna-warni itu berlarian dengan sedih.
"zakky cepat keluar dari kamarmu, kita sudah menunggumu didalam mobil, kita akan segera berangkat" teriak ayah dari dalam mobil. aku langsung bergegas menemui mereka keluar, aku langsung masuk kedalam mobil, aku duduk dibelakang bersama kakak arif.
"hei zakky apa yang kau bawa itu?"tanya kakak arif sambil menatap kotak ikan warna-warni aku.
"ini ikan warna-warni"jawab aku dengan nada sedikit sedih
"mereka juga ikut dibawa?"
aku hanya mengagguk pelan tanpa berkata sepatah apapun.
mobil melaju dengan cepat, didalam perjalanan aku tertidur, berkali-kali kakak arif membangunkan aku" lah kenapa ni, kok tidur, bangun zakky bangun....lihat pemandangannya indah sekali"arif menyentuh kaca mobil sambil menunjuk kearah depan."lihat ada laut..itu laut zakky..itu laut"kata arif dengan penuh kegirangan.
aku mengucek-ngucek kedua mataku mencoba melihat apa yang dikatakan oleh arif" mana..."
"itu"
"uwaaaa yeyeyeyeyeyey laut" aku berteriak kegirangan, aku senang sekali.
ayah tertawa " ermmmm zakky suka laut ya"
aku menggangguk pelan
ibu menoleh kebelakang sambil berkata" ingat jangan mandi dilaut ya"
aku terkejut mendengar ibu berkata seperti itu, aku memelas untuk meminta izin agar diijinkan mandi dilaut
"yah ibu , mana bisa seperti itu, kaki terasa gatal jika tidak mandi, boleh ya bu, please,please, please, please" pintaku kepada ibu dengan harapan bisa diijinkan mandi dilaut oleh ibu.
"tidak bisa...nanti kalo zakky tenggelam dilaut bagaimana?"
"tapi kan aku akan hati-hati, nanti ada kakak arif yang temani aku mandi disana" aku lalu menoleh kearah kakak arif
"apa?mandi dilaut..aku tidak mau ah..zakky sendiri saja yang mandi dilaut"
aku tiba-tiba marah sendiri, aku menutup wajah aku dengan kain.
"zakky boleh mandi dilaut kok, nanti ayah yang akan temani zakky mandi dilaut"kata ayah.
aku lalu berteriak kencang sekali"horeeeeeee aku akan mandi dilaut bersama ayah..yeyeyeyeyeye....aku akan mandi dilaut..aku akan mandi dilaut..yeyeyeyeyeyeye"
mobil bergerak sangat cepat sekali, tanpa terasa mobil akan menuju pantai, aku dan arif tak henti-hentinya memandangi laut dari dalam mobil, aku sudah tidak sabar ingin mandi dilaut.
akhirnya mobil berhenti dibibir pantai, aku langsung membuka pintu mobil, tak lupa aku membawa kotak yang berisi ikan warna-warni itu.
"zakky apa yang kau bawa itu?"tanya ayah.
"ikan warna-warni"
"mereka ikut dibawa juga yah"
"iya..zakky ingin memasukan mereka kedalam laut boleh tak ?"
"ermmmmmm boleh"
ayah mencium pipi aku sekali.
lalu kami menggelar tikar diatas pasir, ibu mempersiapkan makanan dan minuman, betapa lezatnya makanan dan minuman itu, aku membantu ibu membawa makanan untuk disimpan diatas tikar.
"ibu aku mau ke kesana, melihat laut dari dekat boleh tidak?"
"hati-hati yah"
"ok"
aku lalu pergi ketepi pantai untuk menyaksikan laut dari arah dekat, angin laut bertiup sangat kencang, ombak menggulung-gulung dengan dahsyatnya, burung walet terbang melayang dengan riang mereka bersiul-siulan, aku senang sekali, aku mengeluarkan ikan warna-warni itu dari dalam kotak, satu persatu aku mengeluarkan mereka.
dari kejauhan ayah melambaikan tangannya dan kemudian ayah mendekati aku sambil berlari
"wah zakky sedang apa sih?"tanya ayah
"zakky sedang melepas mereka kealam bebas"
ayah membantu aku melepas ikan itu, ada yang hidup dan ada juga yang mati, aku memeluk ayah, "zakky pasti meridukan mereka"kata aku sedih. ayah mengusap kepala aku pelan-pelan.
"kita mandi disana yuk"
lalu aku dan ayah mandi ditepi pantai, ayah memegangi aku sambil mebawa aku ketengah laut, aku gemetaran, aku sedikit takut sebenarnya, aku menutup mata "ayah aku takut sekali"
"jangan takut kan ada ayah"
aku gemetaran ketakutan, aku memegangi tangan ayah erat-erat. ayah berusaha membujuk aku agar tidak takut.
"wahhhh ayah dan zakky lagi mandi dilaut yah...aku mau juga ah"kata arif, arif dengan cepat berenang dan mendekati kami, maklum lah arif itu sudah cukup besar jadi dia berani berenang. ayah, arif dan aku mandi dan berenang bersama dilaut, kami bermain disana, lama sekali. dari kejauhan ibu berteriak memanggil kami" cepat kemari, sudah waktunya kalian makan, jangan terlalu lama berenang dilaut"teriak ibu dari kejauhan.
lalu kami bergegas menemui ibu, aku melihat begitu banyak sekali makanan yang ada, aku jadi bingung mau makan apa karena aku suka semuanya. kami makan dengan lahapnya hingga tak ada yang tersisa.
sore harinya kami mempersiapkan diri untuk pulang kerumah, sebelum pulang aku mendekati laut sambil berkata" ikan warna-warniku, aku akan selalu merindukan kalian, jaga diri ya, aku akan merindukan kalian, aku akan sangat merindukan kalian, selamat tinggal ikan warna-warniku yang tersayang" aku membalikkan badan lalu masuk kedalam mobil, mesin mobil dihidupkan lalu mobil bergerak perlahan-lahan. tak henti-hentinya aku memandangi pemandangan laut yang semakin lama semakin jauh dari pandangan mataku.
dalam perjalanan menuju pulang hujan turun dengan amat derasnya, perlahan-lahan kabut tipis menyebar hingga ayah kebingungan, ayah berusaha menerobos gumpalan kabut itu, ayah tidak mengira bahwa didepan itu ada sebuah mobil yang sedang diparkir, karena kaca depan mobil tak terlihat akhirnya ayah menabrak mobil itu.
****
aku tidak ingat apa yang terjadi berikutnya, aku merasa entah berada dimana, semua tampak gelap dan kosong, kepalaku terasa sakit sekali, aku mencoba membuka kedua mataku perlahan-lahan, aku melihat cahaya lampu yang begitu terang, cahaya lampu itu menyilaukan pandangan mataku, setelah beberapa saat kemudian baru aku sadar bahwa aku tengah berada didalam rumah sakit, kepalaku diperban sangat tebal, lengan kiriku diperban, aku lalu terkejut, dengan sisa-sisa kekuatan yang aku punya aku bangkit dari tempat tidurku untuk mencari tahu dimana ayah, ibu dan kakak arif. aku merasa takut sekali. aku menemui ayah, baju ayah penuh dengan darah, kepala ayah diperban. ayah memberitahukan aku bahwa kakak arif telah meninggal dunia, kakak arif mengeluarkan banyak darah, stok darah dirumah sakit tidak mencukupi hingga kakak arif tak kuat dan meninggal dunia. aku sedih sekali, aku benar-benar ingin menjerit, aku ingin menangis dan mengeluarkan semua airmata yang ada didalam mataku ini, aku lemas sekali. aku lalu bertanya" ayah ibu tidak apa-apakan? ibu pasti baik-baik saja kan?"tanya aku sambil berurai airmata. ayah hanya diam, ayah menggeleng-gelengkan kepala" entah lah, ibu sedang koma, keadaan ibu sangat kritis, zakky berdoa saja ya, ayah tidak bisa berkata apa-apa sama zakky, ayah sedang sedih, ayah kehilangan putra ayah yang pertama, arif kenapa kamu harus meninggal sih"kedua mata ayah menitikkan airmata, aku memeluk ayah erat-erat.
hari itu adalah permulaan dari lembaran kisah sedihku yang mendalam.
esok, entahlah apa yang akan terjadi?

by jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 5

Hari ini langit tampak begitu mendung, aku melihat awan dilangit tampak menghitam. mungkinkah ini pertanda akan turun hujan? aku merasakan desiran angin yang berhembus begitu menyejukkan, terasa hingga kedalam pinggiran tulang-belulangku. aku bangun dari tidurku, aku menguap berkali-kali, aku berjalan ke arah akuarium ikan warna-warni yang aku letakkan didalam kamarku. betapa terkejutnya aku begitu melihat beberapa ekor ikan warna-warniku mati, hanya tersisa satu dua saja yang masih hidup. aku membulatkan kedua mataku yang bulat mencoba untuk meyakinkan bahwa apa yang aku lihat itu tidak benar, tubuhku terasa lemas. aku mendekati akuarium ikan warna-warni itu, aku menyentuh kaca akuarium itu sambil menunjuk kearah salah satu ikan kesayangan aku, si belang hitam dan si merah, mereka mati, mereka diam tak bergerak. aku sangat sedih lalu aku berlari kedalam gudang, duduk disudut tembok sambil memeluk kedua lututku. aku menangis sambil menahan isak tangis agar semua orang tidak tahu bahwa aku sedang menangis, aku tertunduk, airmataku terus saja berjatuhan, bagai air hujan yang turun begitu derasnya.

"zakky, acara televisi kesayanganmu sudah dimulai, lihat film kartun doraemonmu itu sudah dimulai" teriak ayah dari ruang keluarga.

biasanya begitu ayah memberitahukan bahwa film doraemon sudah dimulai aku langsung datang dengan tergesa-gesa, tunggu punya tunggu, ayah jadi penasaran ingin mencari zakky, tak seperti biasanya zakky absen dalam menonton film doraemon. ayah masuk kedalam kamar zakky"

zakky, film doraemon kesayanganmu itu sudah dimulai, kenapa zakky belum juga keluar sih, dimana sih zakky sekarang, ayah tahu pasti zakky sedang mengumpat yah" ayahmengedarkan pandangan matanya kesegala penjuru kamar zakky, ayah mencari zakky didalam lemari baju, dibawah tempat tidur. hingga pandangan matanya tertuju kepada akuarium ikan warna-warni itu ayah terkejut, ayah mengamati ikan warna-warni itu dengan seksama"pasti zakky sedang menangis disuatu tempat" kata ayah, ayah langsung berlari mencari zakky, seluruh ruangan rumah sudah ayah masuki, cuma gudang belakang saja yang belum ayah masuki, ayah lalu masuk kedalam gudang belakang, ayah berjalan perlahan, samar-samar ayah mendengar suara zakky yang sedang menangis tersedu, suara tangis yang tertahan.

ayah mendapati zakky sedang duduk disudut tembok, kepala zakky menunduk. ayah mencoba berjalan pelan agar tidak megejutkan zakky, ayah membungkukkan badan lalu duduk didepan zakkky" ayah mengerti kenapa zakky menangis"kata ayah.

aku langsung mengangkat wajahku, dipeluknya ayah erat-erat, aku menangis sekuat-kuatnya didalam pelukan ayah. aku menangis lama sekali hingga baju kemeja ayah basah oleh air mata aku, ayah sesekali menciumi kedia pipiku yang basah bersimbah airmata.

"anak ayah yang tersayang jangan menangis dong, ayah juga jadi ikut sedih, sudah ya jangan menangis terus, ayah jadi sedih juga tau"

"uwaaaa uwaaaa uwaaaa zakky kehilangan ikan warna-warni zakky yang paling zakky sayangi, zakky sedih sangat, zakky benar-benar berduka, zakky kehilangan sangat "

"zakky jangan menangis sebegitunya ah, semua yang hidup pasti akan mati, zakky harus merelakan ikan warna-warni itu, ikan warna-warni itu juga sayang sangat sama zakky, sudah ya jangan menangis lagi, malu dong sama teman-teman zakky, zakky masih menangis kan zakky sudah besar sekarang"

aku terus menangis didalam pelukan ayah sekuat-kuatnya, ayah menggendong aku, ibu yang melihat aku tampak keheranan terlebih kakak arif

"waduh sikecil zakky menangis lagi ya, kalo setiap hari zakky menangis nanti seisi rumah ini akan kebanjiran" kata arif.

ibu mengusap kepala aku"kenapa sih zakky ?"tanya ibu kepada aku.

aku masih tetap menangis didalam pelukan ayah, ayah lalu menjawab pertanyaan ibu" ikan kesayangan zakky sebagian ada yang mati, zakky sangat sedih sekali, tuh lihat zakky menangis sampai membasahi baju ayah"

"zakky ini kalo menangis kuat sekali yah, sudah..sudah ..jangan menangis lagi..nanti baju ayah bisa basah kuyup" seru ibu.

" eh dengar tidak kata-kata ibu itu...zakky sudah dong jangan menangis terus, ayah jadi ingin menangis juga tau, ermmmm kalo zakky menangis terus nanti ayah tidak akan mengajak zakky jalan-jalan" kata ayah.

aku lalu berhenti menangis, wajah aku benar-benar basah oleh airmata, ibu menyeka wajahku dengan kain, ayah membereskan rambutku yang kusut. aku ditaruh diatas sofa, ayah mencium pipi aku sekali " nah kalo begini kan zakky jadi manis, wajah zakky basah kuyup, mana senyuman zakky yang manis itu, ayah ingin lihat?"pinta ayah lembut

aku mencoba mengembangakn seulas senyuman manis, ayah dan ibu tersenyum begitu melihat aku. kakak arif malah tertawa " ha ha ha ha ha ha zakky mirip seperti doraemon"

"iya, mirip juga sih" ayah menyambung kata-kata arif

"ermmm, iya mirip sekali"ibu ikut melanjutkan kata-kata ayah.

aku lalu menangis sambil berteriak" uwaa uwaa uwaa doraemonkan seekor robot kucing ajaib, dia punya kepala yang bulat, tubuh yang bulat..aku tidak mau disamakan dengan doraemon..uwaa uwaa uwaa uwaa uwaa kalian jahat uwaa uwaa uwaa uwaa" kata aku sambil menangis tersedu-sedu.

"ya ampun zakky malah menangis lagi, arif, ibu dan ayah cuma bercanda tau. zakky ini kuat sekali yah kalo menangis tuh, ermmm sayang zakky jangan menangis lagi dong."bujuk ayah.
arif malah menertawakan aku dari belakang punggung ibu.
***
by: jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 4

Malam harinya aku terkena demam, ibu sibuk menjaga aku yang terus saja menangis, aku tertidur tetapi mengigau. ibu mengompress kepala aku dengan handuk kecil yang telah dibasahi oleh air hangat, seluruh tubuh aku terasa begitu panas dan juga dingin. aku menangis terus semalaman. ayah menatap wajah aku yang sedang tertidur" kasian zakky, ayah sayang sama zakky, zakky cepat sembuh yah, kalo seperti ini ayah jadi khawatir tau" sesekali ayah mencium pipi dan kening aku"muah, muah, anak ayah sudah besar sekarang, cepat besar ya sayang" ayah memeluk aku.

"tubuh zakky panas sekali"kata ayah.

ibu mengelap kening aku yang penuh dengan keringan dingin

"zakky ini tadi sore main hujan-hujanan, ibu sudah mewanti-wanti pasti zakky main hujan-hujanan, dia itu nakal tapi lucu. kalo melihat zakky main hujan-hujannan sambil lari-lari ibu jadi bahagia karena dia bisa tertawa lepas, senyuman dia itu membuat ibu gemas. tapi zakky ini mudah sekali sakit, tubuh zakky sangat lemah, ibu jadi khawatir sekali" ibu menyandarkan kepalanya kebahu ayah, ayah terseyum lalu katanya" iya, kalo zakky main hujan-hujanan dia tampak begitu manis sekali, apalagi kalo dia lari-lari sambil main lumpur tanah, ..ayah jadi ingat sewaktu pertama kali zakky main hujan-hujanan, waktu itu zakky baru berusia 3 tahun, zakky sangat takut sekali melihat hujan, zakky selalu mengumpat dibelakang punggung ayah atau zakky selalu minta digendong, pernah suatu kali ayah mengajak dia main hujan-hujannan, begitu air hujan membasahi kepalanya zakky langsung menangis , dia lucu sekali, lalu ayah mengajak dia main lumpur tanah, zakky juga takut menyentuh tanah, setelah ayah membuatkan sebuah bangunan kecil dari lumpur tanah zakky jadi tidak takut lagi, malah kalo zakky melihat air hujan zakky jadi selalu ingin main hujan-hujanan..zakky itu lucu sekali..selalu membuat kita khwatir dengan kenakalan yang khasnya itu" ayah terseyum lembut, sesekali ayah mencium pipi aku. aku sedang tertidur pulas sekali, aku mengigau, meracau sesuatu" tangkap, tangkap belalang itu jangan sampai terbang..uwaaaaaaaaaa ada kupu-kupu..wah banyak sekali kupu-kupu itu" kata aku sambil tertidur, keringat terus saja mengalir dengan deras dari seluruh tubuh aku.

"zakky ini kalo tertidur suka bicara sendiri, kalo dia mengigau dan meracau, selalu yang diucapkannya itu belalang dan kupu-kupu, pasti dia sangat suka hewan-hewan itu" kata ayah
ibu lalu memotong kata-kata ayah" zakky itu sukanya pada ikan warni-warni, ayah ingat tidak sewaktu hari ulang tahun zakky kemarin, dia meminta ikan warna-warni sebagai hadiahnya"

ayah tertawa " oh iya ya..dia itu sukanya sama ikan warna-warni, begitu ayah membelikan ikan warna-warni dia langsung happy..melompat-lompat kesana-kemari.." ayah lalu berfikir sejenak, lalu meneruskan kata-katanya" bagaimana kalo minggu depan kita jalan-jalan ke laut saja, kita memancing ikan, zakky dan arif pasti suka"

malam semakin larut tetapi ayah dan ibu tidak bisa tidur, ayah dan ibu menjaga zakky sampai shubuh tiba.

****

ayam berkokok kencang sekali tanda pagi telah tiba. setelah mandi ayah langsung bergegas kekamar zakky, ayah menyentuh kepala zakky untuk memastikan apakah demamnya sudah sembuh, kepalanya masih sedikit hangat. ayah membangunkan zakky pelan-pelan" zakky sayang bangun dong, sudah pagi nih, ayah ingin melihat wajah zakky yang lucu itu"

pelan-pelan aku membuka kedua mata aku, aku melihat wajah ayah yang sedang tersenyum kearah aku, aku mencoba tersenyum" ayah selamat pagi ayahku"

"selamat pagi anakku yang tersayang" jawab ayah.

ayah mengajakku untuk segera sarapan pagi, dimeja makan arif dan ibu sudah menanti.
"anak ibu sudah sembuh belum sih?"tanya ibu ke aku.

"si zakky kecil nakal sudah sembuh belum sih?" kata arif sambil mengikuti kata-kata ibu.

aku membulatkan kedua mata aku, aku menatap ke arah kakak arif" sudah, zakky sudah sembuh wahai kakak arif ku yang nakal juga" kata aku sambil tertawa kearah arif.

"sudah-sudah kalian jangan bercanda terus, nanti ayah takut kalian malah bertengkar,sekarang kalian makan yah yang banyak, kalian harus sehat dan kuat"kata ayah.

aku dan arif berlomba menyantap makanan yang ada dimeja makan. ayah berdehem " ehem hem kalian ini kenapa sih ,makan harus hati-hati jangan cepat-cepat, seperti sedang berlomba makan saja" tambah ayah.

"zakky makan sayur yah..arif juga jangan makan ayam goreng terus, arif harus makan sayur"

"aku tidak mau, aku tidak suka sayur, aku mau makan ayam goreng saja" kata arif sambil memakan ayam goreng.

"pokoknya kalian berdua harus makan sayur" ayah menambahkan sayur bayam kedalam piring aku dan arif. aku dan arif terpaksa memakan sayur itu meski sebenarnya kami tidak suka makan sayur bayam.

arif mengambil ayam sayap ayam goreng, aku langsung marah " itu punya aku, aku suka sayap ayam goreng, pokoknya aku mau sayap ikan goreng itu" kata aku.

arif tidak mempedulikan aku, dia malah memakan sayap ayam goreng itu.

aku menangis " aku mau sayap ayam goreng itu..aku mau sayap ayam goreng itu"

"zakky jangan seperti itu, makan yang mana saja, makan tidak boleh pilih-pilih, lihat dipiring masih banyak ayam goreng" ayah menunjukkan ayam goreng itu, dipiring yang tersisa cuma kepala, dan kaki ayam goreng. aku lalu menagis " zakky kan suka sayap ayam goreng, zakky tidak mau makan kaki dan kepala ayam goreng, pokoknya zakky mau sayap ayam goreng"
"zakky, kita ini sedang makan. jangan bertingkah seperti itu, ayah tidak suka" bentak ayah kepada aku, aku lalu diam sambil memakan makanan itu.

by: jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 3

sudah 3 minggu aku terbaring dikamar tidurku karena luka akibat dari terkena pecahan vas bunga, selama 3 minggu itu aku tidak bisa bergerak,tidak bisa berbuat apa-apa. untunglah pada minggu ketiga berikutnya luka ku itu sembuh, lukanya sudah mengering dan perban yang membungkus kakiku bisa dibuka. aku senang sekali karena aku bisa bermain lagi. ayah dan ibu memperingatkan aku berkali-kali agar selalu hati-hati kalo aku bermain.

hari ini hujan turun dengan derasnya, aku melihat kearah jarum jam, jam menunjukkan pukul 2 siang,tapi langit sudah tampak gelap gulita, melihat derasnya air hujan aku jadi ingin pergi keluar untuk bermain air hujan, berlari-lari ditengah air hujan dan bermain lumpur tanah bersama teman-teman. aku membuka jendela kamarku pelan-pelan,diluar tampak anak-anak seusiaku tengah bermain hujan-hujanan,mereka tampak begitu asyik bermain. aku lalu berteriak kearah mereka " teman-teman bolehkah aku ikut bermain" teriakku kepada mereka. mereka mengangguk, melambaikan tangan kearah aku sambil berteriak " zakky cepat temani kami bermain, mari kita main lumpur tanah,kita buat istana kerajaan".

aku sudah tidak sabar lagi ingin segera pergi keluar, tapi tiba-tiba aku teringat akan ayah dan ibu,dalam hatiku bertanya"apakah mereka mengijinkan aku bermain hujan-hujannan, pasti aku tidak boleh bermain" kata aku dalam hati. aku lalu berfikir-fikir sejenak untuk mencari cara agar bisa keluar, kemudian aku mengamati keadaan dalam rumah,aku melihat ibu tengah tidur pulas didalam kamar,arif tengah bermain kapal-kapalan didalam kamarnya, syukurlah keadaan aman. tanpa fikir panjang lagi aku langsung pergi keluar. begitu air hujan membasahi kepala dan seluruh tubuhku, aku merasakan air hujan begitu dingin tetapi aku senang sekali. aku bergabung bersama teman-teman, berlari-lari kesana-kesini, bermain lumpur tanah. betapa senang hatiku pada saat itu, aku tertawa bersama teman-teman.

"mari kita membuat istana lumpur tanah" ajak anto kepada aku dan semua teman-teman yang lain.

lalu kami membuat istana lumpur tanah namun karena hujan turun dengan amat derasnya jadi istana lumpur tanah milik kami menjadi hancur, tetapi kami tidak kecewa justeru kami merasa senang.

ibu bangun dari tidurnya lalu bergegas pergi kekamar zakky

"zakky kamu sedang apa,cepat keluar..temankan ibu masak yuk" ibu membuka pintu kamar aku,didalam kamar ibu tidak menemukan aku. ibu lalu pergi kekamar arif tetapi didalam kamar arif ibu tidak menemukan aku. ibu mencari keseluruh ruangan kamarrumah. begitu ibu tiba diruang tamu, ibu melihat pintu rumah terbuka sedikit, ibu menghampiri pintu itu lalu menutupnya kembali. dalam hati ibu jadi teringat akan zakky" mungkin zakky main keluar, dia pasti main hujan-hujannan" kata ibu.
ibu mengambil payung besar lalu pergi keluar mencari aku.

ibu berteriak-teriak sambil memanggil-manggil nama aku "zakky..zakky..zakky"

aku yang tengah asyik bermain lumpur dikejutkan oleh rafka " itu ibumu memanggil"

"aku tidak mendengarnya"jawab aku.

rafka mencoba meyakinkan aku "aku dengar suara ibu kamu memanggil-manggil nama kamu"
dari kejauhan aku melihat ibu tengah menengok kekanan dan kekiri, sesekali aku mendengar suara ibu memanggil nama aku, semakin lama semakin terdengar jelas meski suara gemuruh air hujan berpacu dengan suara ibu.

"ayo kita lari" ajak aku

"kenapa kita harus lari?" tanya rafael keheranan

"kalo ibu aku tahu nanti aku kena pukul,pasti kalian juga kena pukul ibu kalian" kata aku menjelaskan.

kami semua buru-buru berlari tetapi sayang ibu mengetahui kami, ibu mengejar kami dari kejauhan sambil berteriak " hei anak-anak...zakky mau lari kemana kamu...awas yah nanti kalo ibu berhasil menangkap kamu...ibu pasti akan menghukum kamu"

aku dan kawan-kawan aku berlari dan terus berlari, karena tidak hati-hati akhirnya aku terpeleset jatuh ketanah, "aduh" kata aku, kulitku sedikit tergores oleh kayu tajam yang runcing, kaki ku berdarah lagi, aku menahan rasa sakit itu lalu berdiri tetapi aku tidak bisa, aku merasa sakit sekali.

ibu akhirnya menemukan aku, ibu melihat aku yang sedang menangis menahan rasa perih, ibu menghembuskan nafasnya pelan-pelan" zakky memang anak nakal, sudah ibu bilang jangan main hujan-hujanan zakky malah main hujan-hujanan, jadi begini jadinya, baru juga zakky sembuh dari luka malah terluka lagi....cepat pulang..kalo ayah tahu..ayah pasti bisa memarahi zakky" kata ibu sambil terus memarahi aku, aku tidak bisa berdiri, ibu memapah aku dan kemudian menggendong aku, aku menangis pelan menahan rasa perih yang terus merayapi kaki aku.

setiba dirumah aku lalu dibawa kekamar mandi untuk dibersihkan dari segala kotoran lumpur tanah yang menempel ditubuh aku, setelah bersih aku disuruh berbaring di sofa, ibu mengobati luka aku, aku berkali-kali menjerit karena luka ini begitu serius, aku sungguh tak kuat menahannya.

"sakit ibu..aduh..sakit sekali..sakit sekali" kata aku sambil menangis.

arif berdiri didepan aku, dia menatap aku, lalu katanya" zakky sih main tidak ajak kakak arif, jadi begini nih jadinya, kalo zakky main sama kakak kan kakak bisa menjaga zakky" arif tertawa.

ibu melototi arif " kalian berdua tetap tidak boleh main hujan-hujanan lagi, arif juga kalo main hujan-hujanan lagi nanti ibu dan ayah akan menghukum kalian berdua" bentak ibu serius.

sejam kemudian ayah pulang dari kerja, ayah mendengar suara tangisan aku dari luar, ayah lalu berkata" ermmmmm anak kecil itu menangis lagi yah..katanya sudah berjanji tidak akan menangis lagi, kenapa sih zakky ini selalu menangis terus, ayah jadi heran deh" ayah membuka jas hujan yang melekat dari tubuhnya, baju kemeja ayah sedikit basah, ibu membantu membawa tas ayah kedalam kamar.

ayah memandangi aku dengan tatapan menyeramkan, aku mencoba menutupi wajahku dengan kedua telapak tangan aku. ayah menggeleng-gelengkan kepala." pasti zakky ini habis main hujan-hujannan yah" ayah mencoba menyentuh kedua tangan aku yang dingin, aku masih tetap menutupi wajah aku, ayah menarik tangan aku " ayah ingin melihat wajah zakky yang nakal itu"
aku diam tak menjawab kata-kata ayah dan masih tetap tidak mau membuka wajah aku.

"zakky takut sama ayah yah, zakky ayah tidak akan memarahi zakky kalo zakky tidak nakal, nah kalo sudah seperti ini lalu siapa yang direpotkan, kalo zakky demam bagaimana, ibu dan ayah yang sibuk merawat zakky,tahulah kalo zakky demam ayah dan ibu tidak bisa tidur" begitu ayah melihat kakiku diperban, ayah langsung terkejut, dilihatnya kaki aku dengan seksama" baru juga sembuh zakky malah terluka lagi" kata ayah. ayah mendekati aku lalu mencium pipi aku, aku masih tetap menutupi wajah aku dengan kedua telapak tangan aku.

"anak ayah yang tersayang ini ternyata nakal, zakky sayang sama ayah tidak sih? kalo sayang kenapa selalu membuat ayah dan ibu cemas dan khawatir. zakky zakky zakky" ujar ayah, aku mencoba menatap ayah, aku menangis sedu sedan "uwaaaaaaaaaaaaaaaa zakky sayang sangat sama ayah dan ibu" aku menyeka pipiku yang basah. arif tiba-tiba datang dan berkata " kalo zakky sayang juga tak sama kakak arif yang baik ini" arif tertawa terkekkeh-kekeh. aku menatap arif sekilas lalu memalingkan wajah " zakky tidak sayang sama kakak arif karena kakak arif selalu mencubit aku, kakak arif juga kalo makan kueh selalu sendiri dan tak mau bagi sama zakky." kata aku

tiba-tiba ayah berkata" zakky tidak boleh berkata seperti itu, biar bagaimanapun juga arif adalah kakak zakky, abang zakky. zakky harus sayang sama kakak arif, coba sekarang zakky katakan kepada kakak arif bahwa zakky sayang sama kakak arif" perintah ayah.

aku sedikit malas jika mengatakan sayang sama kakak arif, aku melihat dia sedang tersenyum-senyum ke arah aku, dia menatap aku terus, aku jadi serba salah, ya sudah lah aku lalu mengatakan sayang kepada kakak arif dengan berat hati " zakky juga sayang sama kakak arif tapi kalo kakak arif mencubit aku lagi, aku tidak mau sayang lagi sama kakak arif tau."kata aku.
arif tersenyum pelan.

"kalo zakky sudah sembuh nanti ayah janji akan ajak zakky,arif dan ibu pergi jalan-jalan. sudah lama kita tidak jalan-jalan" begitu ayah mengatakan kata-kata itu, aku dan arif melompat kegirangan, aku dan arif senang mendengarnya" benarkah itu ayah, wah zakky sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sembuh, zakky benar-benar ingin jalan-jalan lagi...uwaaaaaaaaaaaaa"kata aku dengan penuh kegirangan.

"memangnya kita mau jalan-jalan kemana sih, yah?" tanya arif.

"rahasia, nanti kalian juga akan tahu sendiri" ayah tersenyum manis.

"ye ye ye ye ye ye ibuuuuuuuuuuuuuuu kita akan jalan-jalan kesebuah tempat yang dirahsiakan oleh ayah..horeeeeeeeee" kata aku bahagia.

by : jiki ramdani

Happy Birthday Zakky 2

"Ibuuuuuuuuuuu wanginya masakan ibu" aku lalu turun dari pelukan ayah
aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku yang bulat, mulutku bergumam sesuatu, ayah dan ibu tertawa menyaksikan aku yang kegirangan menatap masakan ibu yang siap disantap.
ibu meletakkan piring kecil dihadapan aku, ayah membantu aku menambahkan dua centong nasi, ibu menambahkan ikan dan sayur mayur kedalam nasiku. sedapnya.
ketika aku hendak menyantap makanan itu tiba-tiba ayah memperingatkan sesuatu

"ingat apa yang telah ajarkan kepada zakky? kata ayah serius
aku lalu mengerti

"berdoa dulu sebelum makan" kata aku, setelah aku berdoa lalu menyantap makanan itu dengan lahapnya.

"eh..hati-hati..makan jangan terburu-buru" kata ibu
"aku ingin pintar memasak seperti ibu" aku terseyum gembira sambil mengunyah makanan yang ada didalam mulutku.

"kalo makan jangan banyak bicara" seru ayah sambil tersenyum.
selesai makan aku lalu disuruh ayah untuk segera mandi, tapi aku tidak mau.
"ah..zakky mau main dulu"

"kalo zakky belum mandi nanti siapa yang mau bermain dengan zakky, lihat teman-teman zakky, pasti semuanya terlihat cantik dan tampan, dan wangi pula" kata ayah.
ibu melototi wajahku sambil mengambarkan ekspresi wajah yang sedang marah.

"ok ok ok ok zakky mau mandi..zakky mau mandi" aku sedikit takut melihat wajah ibu, tapi dihati kecil aku, aku tertawa terkekeh-kekeh.
****

malam ini aku tidur bersama kakak aku, kakak aku memang agak sedikit nakal, dia selalu menakut-nakuti aku dengan menyamar sebagai hantu kecil, aku selalu menjerit ketakutan lalu berlari kedalam kamar ayah dan ibu. aku datang dengan wajah penuh ketakutan dan sedikit menangis.

"uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ayah ibu ..kakak arif nakal tau, dia mau aku menangis terus, aku jadi takut, pokoknya aku mau tidur sama ayah dan ibu..uwaaaaaaaaaaaaaaaaaa" kata aku sambil menangis meronta-ronta.
ayah menyernyitkan kedua alisnya. ibu menatapku dengan tatapan penuh arti.

"zakky ini umurnya berapa tahun sih?" tanya ayah kepada aku.
"enam tahun"jawan aku

"itu tandanya zakky tidak boleh tidur sama ayah dan ibu lagi, zakky sudah besar, zakky harus mandiri, kalo zakky mau jadi anak ayah, zakky harus ikuti kata-kata ayah.

" aku lalu memotong kata-kata ayah." tapi kan aku takut, kalo kakak arif berubah menjadi hantu sungguhan bagaimana?"aku lalu menangis lagi.
ibu mengusap-ngusap kepala aku, membela aku. dipeluknya aku erat-erat.

"zakky boleh tidur sama ibu hanya malam ini saja yah. ok"

aku lalu mengangkat tangan aku sambil membentuk huruf V dengan kedua jari-jemariku.
ayah lalu mengendong aku. diciumnya kepala aku sambil berkata." wah wah anak ayah ini ternyata masih bayi..ermmmmm...tapi zakky ini lucu juga..janji yah malam ini adalah malam terakhir zakky tidur sama ayah dan ibu...ermmmmmmmm mana kata kata "ok"

"ok" punya zakky itu..ayah ingin dengar"ayah terseyum.
aku pun terseyum sambil mengatakan " OK ..OK..OK.."
ayah dan ibu tertawa terbahak-bahak.

"cepat tidur anakku yang tersayang"

malam ini adalah malam yang terindah yang pernah aku alami. aku tidur bersama ayah dan ibu. ini adalah malam yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. firasatku selalu mengatakan bahwa aku akan kehilangan orang yang amat aku cintai, aku buang jauh-jauh firasat buruk ku itu. aku berharap aku selamanya bisa seperti ini.

****
"ha ha ha ha ha ha zakky zakky zakky masih kecil payah, dasar penakut..

" arif tiba-tiba berkata seperti itu, tentu saja kata-kata arif itu membuat aku menjadi marah. tapi aku tahu aku sudah berjanji sama ayah bahwa aku tidak boleh menangis lagi. aku lalu membalas kata-kata kakak arif itu" biarkan saja, yang penting zakky disayang oleh ayah dan ibu" aku menggerak-gerakkan mulutku.
arif lalu mencubit aku setelah itu dia lari keluar. cubitan kakak arif memang dahsyat sampai-sampai tangan aku memerah, aku tak tahan lalu menangis.

"uwawawawawawawaaaawa"
tangisan aku membuat ayah dan ibu geram. ibu mendatangi aku sambil bertanya keheranan

"menangis lagi..zakky kan sudah berjanji tidak akan menangis lagi"

aku menunjukkan tangan aku yang memerah kearah ibu
"aku dicubit oleh kakak, sakit..uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
ayah berdehem dari dalam kamar

"siapa sih yang sedang meanangis itu, erm ayah tahu pasti si kecil zakky "
aku lalu berhenti menangis. ibu mengusap wajah ku yang basah kuyup oleh airmata

"zakky ini sudah besar kok masih saja menangis"

"kan zakky terluka" kata aku polos
ibu mencoba mengamati tangan aku itu. dilihatnya berkali-kali

"mana ada luka, ini cuma memerah..zakky ini ada-ada saja"
aku lalu tertawa ibu pun tertawa.

*****
hari minggu sudah tiba. biasanya aku suka menonton film-film kartun seperti doraemon, casper dan lain-lain. aku selalu duduk didepan televisi tanpa ada yang boleh mengganggu aku, termasuk kakak arif yang selalu mengganti channel tv-nya. aku sudah tahu kakak arif sedang berjalan kearah aku dengan cara diam-diam. dia ingin merebut remote televisi dari tangan aku. aku buru-buru mendekap remote itu.

"ha...mana remote itu..sekarang giliran kakak yang menonton televisi"

"tidak boleh..ini kan film kesukaan aku..."

"film kartun tidak berkualitas...kakak mau menonton satria baja hitam..kamen raider..hiattttttttttttttt..kakak mau jadi pahlwan seperti itu"

aku lalu mengikuti gaya kakak aku itu
"aku juga mau jadi mamen raidel"

"tidak boleh ..zakky jadi doraemon saja..doraemon kan lucu seperti zakky"

aku lalu mengeluarkan jurus-jurus sakti, tanpa sengaja jurus-jurus sakti aku itu mengenai kepala kakak, kakak tak terima lalu membalas jurus-jurus sakti itu. kami akhirnya beradu jurus-jurus sakti. pertarungan kami itu sangat sengit dan dahsyat. aku menarik baju kakak, lalu kakak menarik kedua tangan aku. pertarungan itu menimbulkan suara gaduh, tanpa sengaja vas bunga yang berada diatas meja menjadi pecah terkena tendangan maut aku.

aku lalu sempoyongan hingga pada akhirnya kaki aku terkena pecahan vas bunga itu.
aku menjerit sekuat-kuatnya, darah segar mengalir dengan deras dari kaki ku. kakak arif lalu berlari memberitahukan ibu

"ibu ..ibu ..ibu.. zakky berdarah..dia berdarah banyak sekali"

mendengar laporan dari arif itu, ibu langsung bergegas menemui zakky.
zakky menangis sambil menahan rasa sakit, ibu dengan cekatan langsung mengobati luka itu, secepat kilat kaki zakky sudah dibungkus kain perban. aku terus saja menangis.

"dasar anak nakal..zakky memang nakal...arif juga nakal...kalian jangan bermain-main diruangan..sudah ibu bilang berkali-kali..kalian memang nakal"

lalu ibu membawa aku kedalam kamar, aku disuruh berbaring dan tidak boleh bergerak.
sore harinya begitu ayah pulang dari kantor, ayah langsung memarahi aku, bukannya disayang-sayang, aku malah kena marah ayah.

"zakky memang nakal..ayah tak mau mencium pipi zakky lagi.."
aku lalu menangis " uwaaaaaaaa maafkan zakky, zakky tadi cuma main-main jadi pahlawan mamen raidel saja...zakky kan tidak sengaja..uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"
ayah mengusap kepala aku, seraya berkata

"ya sudah lah...ayah mau mencium zakky yang nakal ini...ermmmmmm kasian zakky..."
"uwaaaaaaaaaa sakit"

Happy Birthday Zakky 1

siapakah yang selalu berlari ketika hujan turun?
siapakah yang selalu bermain ketika hujan turun?
siapkah itu? zakky..itu zakky
dalam igauan selalu terurai bahasa lembut yang lugu
dalam senyuman selalu terpancar bahasa lembut
dalam setiap tatapan matanya selalu memancarkan kehangatan
dalam tangisannya selalu membuat hati khawatir
siapakah yang selalu bermain lumpur tanah ketika hujan turun?
siapakah yang selalu berlari-lari kecil ketika hujan turun?
siapakah itu? zakky..itu zakky
dalam setiap mimpi yang terurai selalu ada kata lembut yang terpancar
dalam setiap senyuman manis selalu membuat langit berpelangi
zakky, happy birthday to you
anakku yang tersayang.
****


Aku baru saja bangun dari tidurku, semalam aku tidur pulas sekali, aku bangun dan langsung pergi kekamar mandi setelah itu aku keluar kamar. Tidak seperti biasanya, aku melihat seluruh ruangan tampak begitu sepi, biasanya ada ibu yang sibuk memasak, ayah yang yang duduk sambil membaca koran dan kakak yang sibuk bermain kapal-kapalan. Kenapa semua tampak begitu sepi kata aku dalam hati. Aku mulai pergi kedapur , kekamar ibu dan kakak, tak juga aku temukan mereka. Aku melihat jam dinding, arah jarum jamnya menunjukan pukul enam lewat lima menit pagi.

Begitu aku masuk keruang tamu tiba-tiba ayah, ibu dan kakak muncul dari balik tembok sambil mengatakanhappy birthday zakky, aku terkejut karna terharu. Mereka tak lupa hari ulang tahun aku.

Ayah menghampiri aku sambil membawa kue tart rasa coklat, diatasnya ada enam batang lilin berwrana merah yang menyala-nyala. Kelihatannya kue itu enak sekali. Aku sudah tidak sabar ingin memotongnya.

Ibu langsung memeluk aku dari arah belakang

“ anak ibu sudah besar sekarang, sudah berusia enam tahun “ kata ibu lembut.

Kakak aku mulai mencubit kedua pipi aku hingga memerah, sakit sekali tetapi aku tahun itu adalah cibitan kasih sayang dari seorang kakak kepada seorang adiknya meskipun harus aku tahan rasa sakit itu, aku tersenyum bahagia didalam hati.

Ayah meletakan kue itu diatas meja. Kami semua duduk didepan kue itu. Ayah lalu menyuruhku untuk segera meniup lilin itu.

“ zakky ayo cepat tiup lilinya, tetapi sebelum lilin itu ditiup zakky harus berdoa dulu didalam hati”.lalu ayah membimbing aku untuk berdoa. Setelah doa selesai dipanjatkan didalam hati lalu aku meniup ke-enam lilin itu. Ayah, ibu dan kakak bergantian mencium pipi aku. Aku sangat senang sekali. Sungguh sangat senang.

Selesai mencium kening aku, ayah lalu berkata “ zakkymau hadiah apa dari ayah dan ibu.” Aku berfikir-fikir sejenak “ zakky mau ikan warna-warni” jawab aku.

Ayah terkejut keheranan “ loh kenapa zakky mau ikan warna-warni lagi, bukankah baru seminggu yang lalu ayah belikan ikan warna-warna itu, zakky tidak mau hadiah yang lain lagi, misalnya mainan yang terbaru”.

“zakky pengen punya ikan warna-warni yang banyak, ikan zakky kan baru ada 10 ekor” .Ibu menngusap kepala aku, mencium kening aku berkali-kali

“memangnya zakky mau berapa banyak lagi”

Aku membulatkan mataku, mencoba menghitung-hitung dalam hati

“zakky mau punya ikan 1000 ekor, boleh tidak” kata aku polos

Ayah dan ibu tertawa “ memangnya kamar zakky mau dijadikan rumah ikan yah. Kenapa zakky pengen ikan sebanyak itu. Nanti kalo zakky tak sanggup memelihara semua ikan itu nanti ikan itu bisa mati. Ikan juga butuh perhatian dan perawatan. Zakky yakin mau memelihara ikan sebanyak itu” tanya ayah kepada aku. Aku mulai berfikir dalam hati, benar juga yah kalo aku tak sanggup merawat semua ikan itu nanti mereka bisa mati. Aku mulai mengerti apa yang ayah katakan tadi.

“zakky faham, belikan zakky dua ekor ikan warna-warni saja. Nanti juga mereka akan beranak banyak. Betul tidak “ kata aku sambil melompat-lompat.

“lebih baik memelihara sedikit tapi perawatan dan kasih sayang yang diberikan kepada ikan itu mencukupi dari pada memelihara ikan banyak tetapi malah menelantarkan ikan-ikan yang lainnya.” Kata ayah.

Arif kakak aku lalu menyambung perkataan ayah sambil bercanda kearah aku “ zakky itumau jadi ikan makannya dia mau punya banyak ikan. Kalo zakky memelihara terlalu banyak ikan nanti zakky bisa berubah jadi ikan..” arif tertawa terkekeh-kekeh. Aku langsung berkata kepada ayah “ apa benar itu ayah, kalo zakky memelihara banyak ikan nanti zakky bisa berubah menjadi ikan”.

“itu tidak benar, kakak mu itu Cuma bercanda. Manamungkin manusia bisa berubah menjadi ikan hanya karna gara-gara memelihara banyak ikan. Tetapi kalo itu sebuah cerita dongeng yang dibuat oleh kakak mu itu baru bisa. Hahahahahaha” ayah tertawa lepas. Aku pun tertawa tetapi wajah arif malah mengkerut kecewa.

***

Keesokan harinya, setelah ayah pulang dari kantor lalu ayah berlari masuk kedalam kamar aku, ayah mengangkat tinggi-tinggi sebuah bungkusan plastik yang berisi dua ekor ikan warna-warni kearah aku . “ zakky coba lihat ayah pulang bawa apa hayo” tanya ayah. Aku mencoba menebak-nebak lalu aku mulai tersadar. Aku tahu. “ pasti ikan warna-warni kan” aku langsung berlari kearah ayah. Aku tak sabar ingin melihat ikan warna-warni itu. Ayah mengeluarkan dua ekor ikan warna-warni itu kedalam aquarium kecil yang berisi 10 ekor ikan warna-warni. Ikan warna-warni itu sekarang bertambah banyak menjadi 12 ekor. Aku dan ayah tersenyum menatap ikan warna-warni itu berlarian kesana-kemari didalam aquarium kecil itu.

“sekarang ikan warna-warni zakky ada berapa” tanya ayah

“ada 11 ekor” jawab aku ragu.

“masa sih ada 11 ekor. Coba zakky hitung kembali” tanya ayah lagi.

Aku menghitung satu persatu ikan-ikan itu. Aku lalu dengan lantang menjawab pertanyaan ayah tadi dengan benar “ ikan warna-warni zakky semuanya ada 12 ekor” .

Ayah mencium kening danmengusap rambutku dengan lembut “ itu baru benar, jangan lupa ikan warna-warni zakky dirawat yah dengan baik” ujar ayah.

“ kalo ikan-ikan itu sakit bagaimana?, apa kita harus membawanya kedokter ikan? “tanya aku.

Ayah tersenyum lembut “ tidak perlu, cukup diberi makan yang cukup dan airnya diganti saja”.

Setelah ayah keluar dari kamar, arif kakak aku yang sedang berjalan melewati pintu kamar lalu menolehkan kepalanya kedalam kamar , tiba tiba dia bersuara “ wah zakky punya ikan baru yah”. Arif berjalan menghampiri aquarium itu. Arif pun kelihatannya tampak senang melihat ikan warna-warni itu. “ ayah membeli dua ekor ikan warna-warni buat aku, jadi semuanya ada 12 ekor ikan warna-warni” kata aku.

Raut wajah arif berubah, ditatapnya aku sambil berkata “ ikan warna-warni zakky jelek” kata arif sambil memainkan mulutnya.

Aku lalu membalas perkataan arif “ biarin jelek daripada kakak tdiak punya ikan warna-warni samasekali” aku pun membalas kembali sambil memainkan mulut aku kearah arif.

Merasa dilecehkan oleh anak kecil seperti aku, arif mencubit tangan aku sambil berkata dengan nada marah “ ikan warna-warni punya zakky jelek.jelek.jelek.” setelah berkata seperti itu, arif langsung berlari keluar sambil memainkan mulutnya.

Aku lalu menangis dengan kencangnya.uwaaaaa uwaaaa uwaaaaaaaaa uwaaaa. tangisan aku itu membuat gempar seluruh orang yang ada dirumah itu. Ibu yanng sedang memasak didapur terkejut kaget mendengar aku menangis seperti itu. Dan juga ayah pun sama terkejutnya. Mereka lalu mencari tahu mengapa aku menangis. Ayah dan ibu masuk kedalam kamar aku, wajah mereka penuh dengan keheranan , ibu menghampiri aku sambil bertanya. “ kenapa zakky menangis? Tanya ibu, kedua tanngannya memeluk aku dengan erat.

Ayah bertanya juga” bukankah tadi ayah baru membelikan kamu ikan warna-warni, seharusnya sekarang zakky happy kan, kenapa menangis anak manis “. Ayah membalikan wajahnya kearah ikan warna-warni, “lihat ikan warnia-warni mu pada menertawakan mu , malu dong menangis didepan ikan warna-warni”.

aku memeluk ayah “ tadi arifmencubit aku, katanya ikan warna-warni aku jelek-jelek, aku tidak terima, karna menurut aku semua ikan warna-warni itu cantik-cantik.” Kata aku sambil melanjutkan kembali tangisan aku yang sempat tertunda.

“ kenapa zakky menangis seperti itu sih, zakky kan sudah besar, masa harus menangis lagi malu dong sama kawan-kawan mu, kakak mencubit kamu itu pasti dia tidak tahan melihat kamu yang begitu lucu seperti boneka, begitu menggemaskan, ayah pun ingin mencubit kamu dengan ciuman” kata ayah, aku lalu menangis lagi.

“ zakky zakky kamu ini, ibu kira ada apa, sudah…sudah ..sudah jangan menangis lagi yah. .ayah mu itu benar..kakakmu tidak bermaksud menyakitimu…jangan dengarkan dia..kakak mu berkata seperti itu karna dia cemburu sama kamu…sudah..sudah “ .ibu mengusap kedua pipi aku yang basah bersimbah airmata dengan kedua tangannya.

Ayah membantu ibu menyeka pipiku yang basah. Aku pun mulai berhenti menangis. Ayah mengangkat aku untuk digendongnya keluar.

Sesampainya di ruang tamu lalu aku diletakan diatas sofa, ayah duduk disamping aku. Ayah menyentuh ujung hidung aku dengan ujung hidungnya. “ anak ayah ini sudah makan belum sih” . ayah menggelitiki tangan aku dengan kedua jari-jemarinya, membuat aku tertawa.

“ sudah” jawab aku pelan

“ makan apa tadi?”tanya ayah

“makan nasi”

“ Cuma nasi?”

Aku menggeleng-gelengkan kepala.

“nasi ditambah sayur bayam ditambah telur dadar ditambah ayam goreng”kata aku sambil menggerak-gerakkan kedua tangan aku.

“wah ..wah ..wah..banyak betul makan zakky itu yah, ayah jadi lapar..makan yang banyak yah..biar cepat tumbuh besar dan kuat “ ayah mencium kedua pipi aku. Hingga membuat aku geli. Ayah menarik aku lalu aku digendong lagi. “ kita pergi kedapur yuk..kita lihat ibu sedang memasak apa sekarang”. Ayah menggendong aku, membawa aku ke dapur.



By: Jiki Ramdani

Bogor 6 mei 1992,

jiki ramdani

jiki ramdani

salam

"namamu selalu basah oleh airmataku ketika kuungkit dalam doa-doaku..)" ( jiki ramdani)