Kumpulan Puisi dan cerpen

" Kugulung Rinduku di pantai dok dua " (Jiki Ramdani)

Hujan terakhir dikota Bogor

karya jiki ramdani

daun-daun pohon dillenia obovata berjatuhan menghiasi jalanku menuju titik nadir
aku yang gamang dipagut jeritan melodi pohon bambu
sendiri terpaku sembari membetulkan jalinan kusut putik bunga syzygrium pychanthunmerr dibawah semburan lembayung.
mana ada yang tahu tentang aku yang rindu kepadamu?
engkau pasti tak akan mau tahu tentang rindu yang kupelihara
sejak pertama menemukan sinar matamu.
coba kau menemaniku, sayang kau tak ada ketika aku mengumpulkan daun daun ceiba pertandra yang mengering.
bulan depan buah pohon ceiba pertandra akan memuntahkan serat serat kapuk, ku harap engkau datang untuk sekedar menemaniku duduk sambil menyisir rambutku dengan ranting pohon carina
dan sekedar duduk biasa dibawah pohon kecapi yg tak bersuara.
ku harap engkau juga tertarik menikmati pohon baobab yang menggantungkan bangkai tikus mati diujung ranting rantingnya.
jangan lupa bawa payung agar kita tidak perlu mengikuti tarian hujan.
dan tak perlu membawa mantera penolak hujan sebab aku ingin menyaksikan hujan terakhir dikota bogor

Rindu mu di ujung ranting pohon baobab

karya jiki ramdani

apakah engkau tahu tentang pohon baobab ?
bila bunganya merekah seperti itulah rindumu padaku
menggantung seperti bangkai ekor tikus yang mati
kasihmu bertepi hingga sungai dibelakang rumahku habis
untuk membersihkan lunturan kata rindumu
bila senja tiba aku hanya bisa memeluk batang pohon kamboja
biar kuciumi bau harum bunga kamboja agar bau harum tubuhmu sirna
dan aku tetap setia menyiram pohon baobab dengan airmataku
agar engkau berbunga dan merindukanku
dan akan ku jaga bunga rindumu yang menyerupai bangkai ekor tikus yang mati agar burung elang tak menggerogoti bunga rindumu.

prolog novel Bombax ceiba

seribu kata tak akan sanggup menjelaskan alur dari setiap nafas yang akan aku ceritakan, seribu kata tak akan sanggup menggantikan setiap perumpamaan yang ada didalam logikaku yang rumit, kelak aku akan kembalimembawa cerita yang nantinya akan menjadi sejarah yang paling memalukan
sepanjang hidupku yang indah (karya jiki ramdani/ prolog novel Bombax ceiba)

Trilogi sajak Berkabut

karya jiki Ramdani
selepas hujan aku selalu setia mendengar katak berkotbah diatas mimbar teratai, ku angkat kepala kutemukan pelangi berkabut, sebelum mimpi dimulai ku buka jendela kutemukan rembulan sedang berkabut, ku berjalan mengejar asa selalu ku temukan angin berkabut

Trilogi sajak berkabut : Pelangi Berkabut

karya : jiki ramdani

ketika senyuman lupa memberikan kebahagiaan kepada hati
ketika cinta menuntut akan kriteria
aku tidak tahu harus meminjam alasan kepada siapa
yang aku tahu cuma senyuman rembulan berkabut.
ketika hati lupa berpamitan kepada masalalu?
ketika masa depan sudah jatuh didepan mata?
ketika kenyataan memberikan kekecewaan, aku harus bagaimana?
ku letakkan ketulusan diujung hatiku agar memberikan keikhlasan kepada sang waktu
jangan bertanya sedang apa aku disini.
mungkin hatimu jauh lebih tahu dari matahari.
berkali-kali hati bertanya ada apa dibalik tirai hujan yang berwarna warni
walau mataku tak mampu menangkap jangkauan langit, namun dapat kurasakan bahwa pelangi sedang berkabut

pelangi berkabut

Trilogi sajak Berkabut : Angin Berkabut

karya: jikiramdani

angin mendesah membelai pundak ku, siapa yang tahu tentang jeroan isi didalam jiwaku yang goyah merana terkulai terkuliti oleh angan angan hampa
suara lembut bahasa angin meleleh dan meresap melalui tulang rusukku hingga aku dibuatnya jatuh terkulai.
beban di atas tempurung kepalaku seakan makin menekan hingga dinding tulang tempurung kepalaku dibuatnya retak
cobalah untuk mengerti tentang aku yang hampir gila memeluk mimpi dibawah siraman cahaya rembulan berkabut
cobalah untuk mengerti akan aku yang begini dan begitu
bila ku berjalan menembus angin selalu tak kutemukan arah untuk pulang
bila ku berdiri mematung menatap masa depanku selalu ku temukan semilir angin yang berkabut

angin berkabut

Trilogi sajak berkabut : Rembulan Berkabut

karya jikiramdani

sepotong sajak untuk kawanku yang sedang berbahagia,
sepotong sajak untuk ayah dan ibuku yang sedang tidur panjang
sepotong sajak untuk hewan peliharaanku
sepotong sajak untuk orang orang yg tak kukenal
sepotong sajak untuk aku yang sedang bingung
tak kuasa aku berjalan, ku duduk diatas batu hampa,
jala mataku selalu menangkap kabut ketika angin berhembus dan rembulan bersinar
bagiku rembulan dimalam hari ini sedang berkabut

Kabut

karya jiki ramdani

selepas hujan dibawah kolam kecil aku selalu setia mendengar katak berkotbah diatas mimbar teratai
angin berhembus menerbangkan kabut
hingga pelangi berkabut
dan bila jubah malam menjuntai diatas tanah, rembulan tersipu malu bercahaya seadanya.
tapi mengapa selalu kutemukan kabut ketika angin berhembus, pelangi membentang dan rembulan bersinar

jiki ramdani

jiki ramdani

salam

"namamu selalu basah oleh airmataku ketika kuungkit dalam doa-doaku..)" ( jiki ramdani)