Kumpulan Puisi dan cerpen

" Kugulung Rinduku di pantai dok dua " (Jiki Ramdani)

lembayung di kota bandung

karya jiki ramdani

perjalanan dari kota bogor menuju kota bandung kurang lebih memakan waktu 3 jam, berangkat jam 9 pagi sampai di bandung pukul 11:57, panasnya sinar matahari di kota bandung tak menyurutkan semangat rafael untuk tetap berjalan sambil mencari taxi, taxi berwarna biru datang menghampiri, rafael masuk lalu berkata kepada sopir taxi itu ," hotel horison ya pak", sopir taxi pun mengangguk, lalu mobil pun melaju dengan cepat, tapi sayang ditengah perjalanan, rentetan mobil dari segala jenis berbaris membentuk ular panjang, didalam mobil rafael berkali-kali mengepalkan tangannya sambil menyeka wajah karena berkeringat. untunglah novita menelfon rafael " gimana, dah sampe belum" novita terkekeh-kekeh
"belum sayang, terjebak nih, macet, bandung sama kayak jakarta, panas macet pula" rafael mendesah,
"sabar dong fa, inget aku ya dijamin kamu pasti ceria terus deh"
"gak mau ah..."
"lo..kenapa?" tanya novita keheranan
"kalo aku ingat kamu nanti aku rindu tau...weeeeeeeeeeeeeeeeeee"

novita dan rafael sebenarnya hanyalah teman biasa tapi baru sebulan yang lalu mereka jadi pacaran, kesamaan sifat dan hobi lah yang membuat mereka berkomitmen untuk berpacaran ditambah lagi rafael yang kharismatik, serba bisa dan selalu membuat novita tertawa.

taxi akhirnya berhenti didepan hotel horison, rafael langsung chek in dan mendapat nomor kamar 514, " yang, aku dah sampai, jaga kesehatan ya, jangan lupa makan, inget aku terus ya, miss u so much" rafael mengirim sms kepada novita. 5 menit kemudian novita membalasnya " jadi kangen ih, ya udah hati-hatinya, miss u too"

ruangan kamar hotel nomor 514 cukup tenang dan ruangannya membuat rafael jadi betah, rafael menjatuhkan tubuhnya diatas kasur yang empuk, matanya memandang langit-langit kamar yang berwarna putih, tiba-tiba terdengar bunyi ringtone handphone, rafael mencoba melihat nomor itu, rifki ternyata menelfonnya. ia sudah cukup malas menerima telfon dari rifki, bagi dia rifki adalah masa lalu yang tak perlu diingat dan harus dibuang jauh-jauh. tetapi seribu pertanyaan membuat rafael ingin menjawabnya, sebab sudah 5 tahun ia terberhubungan. diangkatnya telefon dari rifki itu.
"dah lupa? apa memang pura-pura lupa, akhirnya kamu menjawab telfon dari aku, sudah 5 tahun aku menelfonmu tapi kamu sedikitpun tak pernah mau menjawabnya, kamu pengecut."
terkejut rafael mendengar kata-kata yang terakhir diucapkan rifki, hatinya sedikit merasa dipukul-pukul, tapi rafael sekarang dengan rafael dulu sudah berbeda, kini ia bisa bersabar dan terlihat tenang
"aku mencoba melupakanmu, jujur aku belum bisa tapi aku akan mencoba dan harus melakukanya. sekarang aku berbeda, aku sudah berubah, sekarang aku mulai membuka hati untuk perempuan, ada nama novita dihatiku sekarang, GF ku. "
"aku senang mendengarnya, tapi aku masih seperti dulu, aku belum bisa membuka hati untuk perempuan, aku sudah mencoba berulang kali tapi tetap saja tidak bisa, aku masih mengharapkanmu, justeru semakin dilupakan semakin menggila perasaanku"
ada rasa kasihan di hati rafael, kata-kata rifki membuat hati rafael terenyuh, ia jadi bimbang, ia lalu bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi, ia membasuh wajah, berulang kali wajah novita, senyuman novita dan keramahan novita berputar-putar dikepalanya namun tak seberapa lama kemudian wajah rifki kembali muncul, rifki seolah memohon, mengulurkan tangannya, rafael berusaha menepis bayangan rifki dan mencoba mengingat-ngingat novita.

kesokan harinya, rafael bangun pagi-pagi sekali, begitu ia sampai di depan gerbang hotel horison, rafael menemukan seseorang yang mirif rifki, dipandanginya orang itu berkali-kali semakin dilihat semakin jelas, itu rifki.

"dari mana kamu tahu aku ada disini?" tanya rafael sambil memalingkan wajah
"dari mama mu"..rifki mendekat seraya berkata " apakah kehadiranku kau sukai atau kau benci?''
"apa alasanmu bertanya seperti itu?"

bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

jiki ramdani

jiki ramdani

salam

"namamu selalu basah oleh airmataku ketika kuungkit dalam doa-doaku..)" ( jiki ramdani)